30 April 2016

Published April 30, 2016 by with 0 comment

Lembah Ratenggoji || Flores | Nusa Tenggara Timur




 Jejak Kaki Di Negeri  Tanpa Listrik

Bahagia itu sederhana. Sesederhana tawa anak perempuan yang berbaju merah jambu

Siang ini da sendirian di rumah, guru yang lainnya sedang di ende. Da memasak tumis labu siam dan masih setengah lunak  da pun langsung makan dengan nasi dingin sisa semalam. Angin masih bertiup sangat kencang ingin merobohkan dinding- dinding bambu rumah- rumah warga. anak - anak asyik bermain di luar rumah setelah pulang sekolah sementara debu beterbangan memedihkan mata. Mereka tetap asyik bermain tanpa menghiraukan penyakit yang akan menghinggapinya. Tak pelak banyak dari anak – anak tersebut ingusan bahkan sampai bewarna hijau. Walaupun ingusan tersebut sudah turun naik di hidungnya masih saja tidak dibuang dan dibiarkan menghiasi wajah lucu mereka.
 
Rumah da tinggal selama 1 tahun di Ratenggoji


Maghrib mau berakhir, da makan sayur tadi siang dan nasi dingin yang masih sisa. Serba dingin, da malas untuk sekedar menghangatkannya ke dapur karena takut si putih dan teman-temannya berkeliaran di dapur.  Si putih adalah seekor anjing milik tetangga belakang rumah yang dulunya sangat dekat dengan guru sm3t angkatan 3 sehingga anjing tersebut juga sok akrab gitu dengan da, tetapi da malas untuk berhubungan dengan anjing. 

Da paksakan untuk menghabiskan nasi dan labu japan itu agar tidak terbuang sia- sia. Selesai makan terdengar ribut ribut seorang mama yang berteriak dengan bahasa Ende yang pastinya masih sulit da cerna. Mama tersebut sering mengulang kata- kata cendana, mungkin kayu cendananya ditebang tanpa izin atau apa gitu ungkap bathin da sendiri. Atau anaknya terluka ketika menebang pohon cendana dan minta ganti rugi. Entahlah, yang jelas besok da kan menanyakan kepada para siswa tentang kepastiannya.

Sesederhana rumah adat Ratenggoji, NTT

Tidak perlu menunggu esok ternyata ibuk yus, guru sd ratenggoji memanggil da. Bapak ferdi,, bapak ferdi ,,
Iya buk ,, balas da dari dalam rumah sembari membuka pintu. Bosan sudah da memperbaiki nama da yang selalu salah disebutnya. Maklum lah nama orang katolik yang khas disini tu ferdi bukan feri. Jadi da mulai memakluminya.

"sendirian toh ,," ibu yus menghampiri da dan mulai duduk di teras rumah.

Iya buk ,,, 

Sudah makan kah ,, ?

Sudah buk, sayur labu, balas da.

‘’jangan takut ya, bapak hendra kemaren juga sering sendiri, ditinggal guru guru yang lain’’.Bapak hendra adalah smt angkatan 3 asal padang.

Iya buk ,,’ lagi - lagi da hanya menjawab pendek. Ada apa tadi ribut ribut buk ,,? Da segera menunaikan keraguan da soal ribut ribut tadi. 

‘ ooo,,, itu ,, ada anak es de yang mematahkan cendana  yang baru setinggi satu meter untuk membuat mobil mobilan. Namanya juga anak- anak, mana dia tau kata ibu yus,,.

Dan da hanya ber ‘ ooo,,  saja. 

Dan ibuk yus pun segera pamit. Sekedar menghibur da untuk tidak takut sendirian di gelapnya malam.  Dan da pun masuk dan mengunci pintu. Api lampu centing bergerak kesana kesini tertiup angin, sayup sayup da mendengar anak anak berdoa dalam versi katolik yang tidak da mengerti ditambah pula anjing yang saling menggonggong. Dan sebagian anak anak yang lainnya masih berkeliaraan di luar rumah. Dan da ingin segera tidur tuk menemui subuh Mu yang rabb,,,

                                                                  (potongan kisah hari kamis , 9 oktober 2014 )


    email this

0 komentar:

Posting Komentar