Tampilkan postingan dengan label ende. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ende. Tampilkan semua postingan

25 Desember 2016

Published Desember 25, 2016 by

Sepotong Senja Ratenggoji

Ratenggoji
Siang ini da sendirian di rumah, guru yang lainnya sedang di ende. Da memasak tumis labu siam dan masih setengah lunak  da pun langsung makan dengan nasi dingin sisa semalam. Angin masih bertiup sangat kencang ingin merobohkan dinding- dinding bambu rumah- rumah warga. anak - anak asyik bermain di luar rumah setelah pulang sekolah sementara debu beterbangan memedihkan mata. Mereka tetap asyik bermain tanpa menghiraukan penyakit yang akan menghinggapinya. Tak pelak banyak dari anak – anak tersebut ingusan bahkan sampai bewarna hijau. Walaupun ingusan tersebut sudah turun naik di hidungnya masih saja tidak dibuang dan dibiarkan menghiasi wajah lucu mereka.

Maghrib mau berakhir, da makan sayur tadi siang dan nasi dingin yang masih sisa. Serba dingin, da malas untuk sekedar menghangatkannya ke dapur karena takut si putih dan teman-temannya berkeliaran di dapur.  Si putih adalah seekor anjing milik tetangga belakang rumah yang dulunya sangat dekat dengan hendra angkatan 3 sehingga anjing tersebut juga sok akrab gitu dengan da, tetapi dam alas untuk berhubungan dengan anjing. Da paksakan untuk menghabiskan nasi dan labu japan itu agar tidak terbuang sia- sia. Selesai makan terdengar ribut ribut seorang mama yang berteriak dengan bahasa mereka yang pastinya masih sulit da cerna. Mama tersebut sering mengulang kata- kata cendana, mungkin kayu cendananya ditebang tanpa izin atau apa gitu ungkap bathin da sendiri. Atau anaknya terluka ketika menebang pohon cendana dan minta ganti rugi. Entahlah, yang jelas besok da kan menanyakan kepada para siswa kepastiannya.

Tidak perlu menunggu esok ternyata ibuk yus, guru sd ratenggoji memanggil da. Bapak ferdi,, bapak ferdi ,,
Iya buk ,, balas da dari dalam rumah sembari membuka pintu. Bosan sudah da memperbaiki nama da yang selalu salah disebutnya. Maklum lah nama orang katolik yang khas disini tu ferdi bukan feri. Jadi da mulai memakluminya.
‘sendirian toh ,,’ ibu yus menghampiri da dan mulai duduk di teras rumah.

Iya buk ,,,
Sudah makan kah ,, ?
Sudah buk, sayur labu, balas da.
‘’jangan takut ya, bapak hendra kemaren juga sering sendiri, ditinggal guru guru yang lain’’. Bapak hendra adalah smt angkatan 3 asal padang.
Iya buk ,,’ lagi - lagi da hanya menjawab pendek. Ada apa tadi ribut ribut buk ,,? Da segera menunaikan keraguan da soal ribut ribut tadi. 

‘ ooo,,, itu ,, ada anak es de yang mematahkan cendana  yang baru setinggi satu meter untuk membuat mobil mobilan. Namanya juga anak- anak, mana dia tau kata ibu yus,,.
Dan da hanya ber ‘ ooo,,  saja. Dan ibuk yus pun segera pamit. Sekedar menghibur da untuk tidak takut sendirian di gelapnya malam.  Dan da pun masuk dan mengunci pintu.

Api lampu centing bergerak kesana kesini tertiup angin, sayup sayup da mendengar anak anak berdoa dalam versi katolik yang tidak da mengerti ditambah pula anjing yang saling menggonggong. Dan anak anak masih berkeliaraan di luar rumah. Dan da ingin segera tidur tuk menemui subuh Mu yang rabb,,,

Read More
    email this

25 Juni 2016

Published Juni 25, 2016 by with 0 comment

Pesta perkawinan di Ende




Jumat, 05:49 WITA



Da turun ke kota bersama pak Kans kemaren sore dalam rangka menghadiri pernikahan salah seorang guru smp di kota. Malamnya da susah tidur, terbangun setiap satu jam menjelang subuh. Pagi ini da melanjutkan novel tere liye serial anak anak mamak “PUKAT” yang da beli di pasar ende. Bab 8 berjudul perpisahan membuat da harus mengalah pada gravitasi yang cukup besar. Airmata ini mengalir dengan sendirinya mencoba merangkai asa da untuk menginjak daun daun maple yang sedang berguguran suatu saat nanti. Novel ini sungguh menginspirasi da yang insyaallah mengantarkan da ke benua putih itu entah beberapa tahun lagi. Dengan sabar da menunggu janji yang Allah gariskan untuk da. Semoga yang terbaik.

Da dijemput oleh pak kans jam setengah 8 menuju pesta ibu Tin yang berlangsung di rumahnya di dekat Barata. Ketika kami datang lampu sedang padam, sesaat seolah da terjebak di tempat antah berantah, kemdian genset mulai menyala, dan kami para guru yang datang sudah berkumpul sebelumnya di luar gang mulai bersalaman bersama pengantin. Pengantinnya terlihat aneh dan tua bagi da, ternyata mereka sudah mempunyai anak sebelumnya dan sudah berumur 4 tahun. Adat disini terutama yang beragama katolik sudah biasa tinggal bersama walau belum menikah. Hal ini terkendala sistem adat berupa “belis” yang sangat mahal. Biasanya belis tersebut berupa hewan ternak seperti babi dan kerbau. Se ekor babi saja bisa mencapai jutaan harganya dan menjadi hewan ternak termahal. Maka banyak dari warga yang belum mampu untuk mengadakan pemberkatan pernikahan, tinggal serumah terlebih dahulu, bekerja dan mengumpulkan uang untuk pemberkatan menikah mereka di gereja.

Awalnya da ragu untu makan, setelah MC acara mengatakan makanan tersebut halal 100% baru lah da sedikit lega. Terlihat ada juga mama mama yang berjilbab menghadiri pesta. Kerukunan umat beragama yang cukup tinggi terbukti dengan hidup damai saling berdampingan di bumi tempat pancasila dikandung katanya. Sebelum makan di buka dengan doa agama katolik dan da hanya terdiam melihat mereka menggerakan tangnnya disekitar dada.

Acara dilanjutkan dengan musik dan tarian. Dibuka dengan sesorang yang menari dengan selendang khas tenun ende. Setelah dia menari beberapa saat kemudian meletakan selendang ke para tamu undangan yang datang. Tamu yang mendapatkan selendang tersebut harus maju ke depan sendirian dan mulai menari dengan gaya yang diinginkan masing-masing pribadi. Begitu selanjutnya bergiliran orang demi orang hingga kedapatan kepala sekolah da yang duduk di depan. Beliau pun mulai berjoget ala- ala masyarakat flores yang membuat tawa para guru yang lainnya berderai. Setelah ini masih berlanjut dengan tarian ‘gawi’. Semua hadirin yang duduk mulai berdiri ke depan dan membentuk lingkaran demi lingkaran seperti obat nyamuk, saling bergandengan satu sama lain serta mulai benari bersama. Hentakan kaki yang seirama dengan iringan musik yang khas membuat susasana terasa mengasyikan bagi mereka. 

Acara joget ini bisa mereka lakukan sampai subuh tanpa henti dan tanpa rasa lelah.melihat mama mama yang muslim mulai bergerak pulang, da pun mengikuti mereka. Setelah pamit sama pak kans, da berjalan kaki pulang ke perumnas yang jaraknya tak seberapa. Mencoba menghindari hirup pikuk yang da benci selama ini bahkan di kampung halaman sendiri. Da benci acara acara dengan musik yang menghentak memekakan telinga. Berjalan sendirian ketika jam menunjukan pukul setengah sebelas malam cukup menciutkan sedikit hati da. Alhamdulillah da sampai di rumah dengan selamat dan masih terjaga dari halalnya apa yang da makan dan da minum.
Read More
    email this

21 Mei 2016

Published Mei 21, 2016 by with 0 comment

Mengunjungi SD Nakawara || Ende || Flores


SD Nakawara || UNP || UNDIKSHA || UNNES

Dikti pusat melakukan penelitian dengan mengunjungi salah satu sekolah dasar tempat sm3t mengajar. Sm3t ende angkatan 4 terdiri atas 3 LPTK yaitu unp, unnes dan undiksha. Eko sebagai koordinator undiksha bertindak sebagai peyelenggara terhadap pelayanan orang orang Jakarta tersebut. kami dari unp hanya mengirim 4 perwakilan yaitu da, tuti, riki dan ade saluang. Kami berempat menunggu cukup lama di pakalan ojek melati di depan BNI ende sembari duduk duduk di subuah dipan yang terbuat dari kayu seluas 3x3 meter.  Entah karena  sudah bosan menunggu kami berpindah pindah duduk sehingga menyebabkan dipan tersebut patah dan terperosok ke dalam got. Sontak kami pun tertawa bersama dan beberapa tukang ojek yang sedang menunggu penumpang. Salah seorang bapak tukang ojek bilang tidak apa - apa karena dipan tersebut sudah begitu beberapa kali belakangan dan sudah mulai rusak.


Setelah jam 11 siang barulah eko menyuruh kami naik mobil avanza menuju tempat lokasi. Kami tertawa berempat karena anak anak unnes dan udiksha yang mengirim banyak anggota harus naik mobil pick up dan berpanas panasan. SD NAKAWARA menjadi tempat sasaran kunjungan dikti terletak tidak terlalu jauh dari kota, tetapi setelah kami memasuki nangaba ternyata avanza yang kami tumpangi tidak bisa bergerak karena medan yang cukup parah. Jadi kami berganti kendaraan dengan ojek setempat setelah menunggu lagi beberapa saat.  Setengah jalanan berikutnya da menemukan avanza yang ditumpangi dosen dan tim mengalami pecah ban setelah memaksakaan diri melewwati jalanan tempat kami berhenti tadi. Sampai di tempat sudah terlihat banyak warga yang berkumpul dan menyuruh kami mendaki ke atas tempat lokasi es de berada.
Mobil Yang kami tumpangi tidak Sanggup melewati jalan yang sangat parah
Menunggu , sembari mencari solusi sampai ke SD nakawara

SD nakawara cukup memprihatinkan karena hanya terdiri atas 3 ruangan kelas dan satu buah kantor. Dinding sekolah masih menggunakan bambu yang sudah tua dimakan usia. Disini hanya sampai kelas tiga dan untuk ke kelas empat mereka harus berjalan kaki ke kampung sebelah yang berjarak beberapa kilometer.  Salah seorang dosen sedang melihat seorang guru  sm3t sd tersebut mengajar anak- anaknya dengan kecerian dan penuh antusias. Ruangan kelas yang kecil sudah di kerubungi oleh anak unnes udiksha yang lebih dulu datang. Kami terpaksa hanya mendengar dari ruangan sebelah sembari menyiapkan snack da makan para dosen dan tim.
Tuti || Ade || Kondisi sekolah yang sangat memprihatinkan
Senyum hangat anak anak sd nakawara menyuarakan kebahagian yang luar biasa. Sebelum pulang kami sempatkan untuk berfoto bersama paraa dosen, anak sm3t dan anak anak sd tersebut pastinya. Kami pun berpamitan pulang dan kali ini ikut bersama anak unnes undiksha naik pick up yang mereka tumpangi tadi. Sebagian besar banyak yang membawa kendaraan bermotor sendiri sehingga bisa membonceng yang lainnya. Ternyataa mengasyikan bisa berbagi bersama mereka dan merasakan angin yang berhembus kuat. Pertama pick up mengantar anak undiksa ke basecampnya di dekat akper brawijaya kemudian kami di perumnas kokos raya dan unnes terakhir di depan barata.
Read More
    email this

20 Mei 2016

Published Mei 20, 2016 by with 0 comment

Kisah Minggu 29 maret 2015 || Ende || Flores


Sekolah NTT

Pagi ini da menyaksikan warga ratenggoji berbondong bondong menggunakan baju terbaik mereka untuk ikut misa minggu palem di gereja detuara yang berjarak sekitar 3 km. Bahkan ada yang da lihat sampai mengganti baju dua kali untuk memastikan penampilan terbaiknya, hha. Orang tersebut sempat beberapa hari yang lalu membeli baju sama orang yang jualan dengan motor layaknya tukang kredit masuk kampung. Hal ini serupa dengan kita saat lebaran mau pergi sholat idul fitri di lapangan besar. Pak kans sempat kabur sesaat kerumah pak igen karena segan menolak pak agus yang ingin ikut membonceng. Motornya yang sudah rusak menyulitkan untuk menambah penumpang lagi. 



Pak agus berpesan menyuruh da memasak nasi karena mereka akan pulang setelah matahari mencapai posisi puncaknya. Sesaat da pun mulai beraktivitas di dapur dan menyempatkan memasak mie rebus untuk sarapan pagi da dan teman nasinya bakalan da masak menjelang siang saja. Da masih di tahan pak agus di minggu  ini karena harus meyelesaikan beberapa administrasi sekolah. Sepuluh hari ke depan bakalan ada liburan paskah sehingga beberapa surat harus disegerakan pembuatannya. Enaknya di negeri ini kita mendapat jatah libur lebih banyak dari sekolah yang biasa da jumpai di sumatera barat yang mana mayoritas muslim. Dekat di hati miliknya RAN menyampaikan salam kangen da lewat langit biru ratenggoji buat keluarga di lubuksikaping.

Siangnya pak agus malah menyuruh para guru untuk berkumpul di sekolah mengadakan rapat, membagikan gaji guru honorer serta pengumuman libur sekolah kurang lebih sepekan kedepan. Dan da masih di suruh mengeprint banyak suratsementara para guru sudah mulai turun ke kota satu persatu.  Hati da pun sudah tak sabar untuk segera meyelesaikan tugas ini yang setiap sebentar di koreksi kepsek karena kesalah posisi  pengetikan, ketinggalan huruf, letak yang kurang pas dan pemikiran nya yang berubah setiap saat. Langit terlihat mendung pukul dua siang ini dan hati da semakin gelisah tak menentu apakah da bisa turun hari ini atau tidak. Akhirnya da pun segera berkemas setelah menemukan ojek dengan siswa da sendiri anak kelas delapan. Pak agus yang sudah memesan dari kemaren harus melihat da pulang duluan membelah pegunungan.
Read More
    email this

13 Mei 2016

Published Mei 13, 2016 by with 0 comment

Kehidupan Kamis Jumat ||

Bahagia itu saat jadi anak anak dan ada mainan gajahnya
Hari ini aku ingin bercerita tentang betapa lelahnya otak ini berjuang melalui pagi menuju sore. sungguh, lelah ini berujung tak tahu mau entah kemana. yang aku inginkan aku bisa melalui waktu ini dengan cepat, kalo bisa men skip hari dimana rabu segera bergaanti menjadi jumat. Entahlaah,,, lelah apa yang aku rasakan. Belum materi yang super berat yang jujur belum tercerna lebih dari 20% di kepalaku yang sudah mulai gundul ini. Ditambah pula petir yang menyambar jantungku seketika yang buat ku luruh menuju tanah.

 Hari ini begitu sulit untuk aku lalui, berat untuk berfikir dan berharap waktu berputar lebih cepat. aku berusaha untuk menciptakan kegiatan yang baru yang berbeda berkat bantuan budak dari kalimantan dan mencarikan solusi yang tepat untuk pembelajaran yang akan aku lakukan nantinya. sore menjelang pun tanpa terasa karena fokus untuk membuat sesuatu yang baru lagi.

berfikir tentang kehidupan
malam pun ada acara rapat divisi jurnalisik untuk pelaksanaan acara pelatihan menulis kreatif dimana kami nanti di arahkan untuk menulis testimoni pengabdian selama satu tahun di daerah masing-masing. selama rapat berlangsung aku masih merasakan kenormalan akan hati ini. ketika rapat selesai dan dalam perjalananan pulang menuju asrama , hati ini, hati yang Engkau ciptakan sesak. sesak mendadak tidak tahu penyebabnya. indikasi pertama karena aku akan tampil peer teaching keesokan harinya. hati ini, hati yang masih sama dimana selalu sesak setiap ada persentasi dan sejenisnya.

aku tampil setelah sholat jumat. sepanjang pagi menjelang siang hati ini tak berhenti bergemuruh karena rasa yang belum siap. selalu takut akan segala ketidakpastian yang belum terjadi. entahlah,,, kadang aku berfikir bahwa inilah hidup,,, dimna kita akan selalu dihadapkan dengan kegundahgulanaan , kesedihan, kesakitan. dan nantinya kita tidak hanya berhubungan dengan hal-hal menyedihkan, akan ada masa dimana kebahagian akan terselip disetiap gundah itu. bergantian mengisi kehidupan ini. menciptakan dinamika hidup yang membat kita belajar dari setiap kejadian tersebut.
bahagia itu sederhana
Bahagia itu wajib. tetapi tidak ada kehidpan di dunia ini dimana kita akan selalu bahagia. Apapun itu jeisnya selalu ada pasangan untuk semua kondisi. ada sedih ada bahagia. dan mari selalu bersemangat melalui dinamika kehidupan ini. Semoga berujung menju kebahagian yang kekal nantinya di surga.




marsha dan teddy bear

Read More
    email this