Pagi yang sangat dingin,,
Bapak christoforus Y.L . Lengo atau yang lebih akrap disapa
pak ito adalah anak dari bapak agus, kepsek tempat da mengajar. Pak ito
memboncengi da dengan motor maticnya
membelah kaki kelimutu yang dipapari sinar mentari pagi. Tapi, auranya
belum mampu meredam dinginnya perjalanan kami menuju SMPN satap ratenggoji.
Jalan yang ditempuh cukup bervariasi. Pertama, jalanannya masih aspal mulus
sampai daerah yang bernama Sokolo’o. Selanjutnya dari tempat ini memasuki
sebuah simpang. Jalan pun mulai banyak yang ditemui berlubang di sana sini. Dari
atas motor da dapat melihat puncak kelimutu dengan agungnya seolah mengawasi
perjalanan da menembus pedalaman nusa tenggara timur.
Simpang Sokolo'o |
Da pun mulai memasuki kawasan hutan dimana suara-suara alam masih terasa asing di telinga. Motor pun
boleh dihitung jari yang seiring ataupun berpapasan dengan kami. Perjalanan ini
seperti memutari sisi pegunungan yang satu menuju yang satu nya lagi, terasa
panjang, suram dan menceka. Setelah menempuh setengah perjalanan, aspal yang tadinya masih berlubang disana –
sini mulai menemui ujungnya yang buntu dan memasuki jalan rabas yang
benar-benar berupa tanah dan bebatuan. Bahkan kami mulai menemukan kali dan
beberapa genangan air. Sesekali da harus turun dari motor tersebut karena
curamnya jalan yang akan di lalui. Tetapi da menikmati setiap jejak kaki yang
da lahkahkan sembari menyandang careel yang lumayan berat. Bayangan da yang
dipapari sinar mentari di tanah bebatuan tersebut seolah olah membuat da merasa
sedang mendaki sebuah gunung dengan tali temali yang berayun di seluruh careel yang sedang da sandang.
Perjalanan Membelah Pegunungan |
Jalan yang terjal, pegunungan sabana dan rumah penduduk yang
terbuat rata-rata dari bambu mulai terlihat setumpuk-setumpuk. Layaknya rumah
rumah yang belum tersentuh modernisasi. Kadang kala muncul juga dibenak da rasa
takut melihat warga dan suasana kampung yang jauh dari kenyataan yang sering da
temui. Tiba-tiba ada motor yang datang dari arah belakang, dan beliau ternyata
guru IPA yang honor di tempat da bakal mengajar. Bapak ito meminta kepada bapak
Kanisius Lio Wenggo untuk memboncengi da. Maklum, matic yang pak ito bawa mulai
kewalahan. Dan da pun sudah berpindah motor dan sekarang pak kans pun
memboncengi da menuju dusun ratenggoji.
Lembah Ratenggoji |
Akhirnya sampai lah kami di sebuah
lembah yang terasa sunyi senyap. Hanya angin yang bertiup kencang merobek
setiap helai daun pisang menjadi rumbai-rumbai. Da melihat rumah adat yang
paling besar berada di tengah kampung. Jujur, ada rasa aneh dan takut yang
menjalar dibenak da saat itu.
Rumah Tinggal Selama Setahun milik Musalaki |
Dan dan pun mulai memasuki sebuah rumah milik musalaki (tuan
tanah atau ketua adat). Minimalis, dinding bambu dan sedikit suram adalah kesan
pertama da terhadap rumah yang akan menaungi da setahun kedepan. Terdiri
atas 3 kamar, dan dapur yang sedikit
menjorok ke belakang. Da menempati kamar disisi sebelah kanan bersama pak ito.
Disisi sebelah kiri depan kamarnya pak agus dan disampingnya kamar pak kans.
Kemudian dapurnya turun satu meter dari rumah utama dan masih berlantai tanah
sebagian serta ada rak setinggi pinggang layaknya dipan tempat meletakan
berbagai keperluan dapur.
Pagi itu juga da langsung ke sekolah, sekali lagi tanpa mandi
da mengganti baju dengan seragam mengajar dan membalurkan lotion ke beberapa
bagian tubuh untuk penyegar. Berjalan ke sekolah bersama pak kans sekitar 100
meter dan melewati beberapa rumah penduduk. Sesekali da tersenyum menyapa
mereka yang mengintip dari dalam bilik bambu. Sesampainya di sekolah, ternyata
beberapa orang guru sedang berkumpul di depan ruang kelas VIII. Da berkenalan
dengan pak bay wakil kepala sekolah, ibuk An dan anaknya aurel serta ibuk ros
yang mengajar bidang studi matematika. Kebetulan saat itu sedang jam istirahat
pertama dan siswa-siswa berkerumun melihat guru baru mereka.
Ruang area kelas 8 |
Anak-anak mengambil kursi ke kantor, dan da serta guru guru
yang ada duduk di depan ruang kelas VIII. Kata pak bay, biar anak-anak lebih
puas dan jelas melihat guru baru mereka. Da masih sedikit sesak dengan
lingkungan baru ini dan berusaha memberikan senyum terbaik. Ternyata jendela
kelas VIII tersebut satu satunya area yang mendapat sinyal telepon seluler,
jadi kalau ada yang menelpon, guru guru terpaksa berdiri di jendela walupun
anak kelas 8 sedang belajar di dalam. Cukup mengganggu rasanya, tetapi para
siswa sudah terbiasa dan memaklumi.
BapakKepala Sekolah: Paskalis Baylon Pango |
Siswa SMPN SATAP Ratenggoji |
Bak Penampungan Air Milik Musalaki |
Magrib menjelang dengan senja yang menawan di lembah sunyi
ini. Dan da berjalan ke bak mandi musalaki untuk berwudhu. Tetiba da terkejut,
di jalan sekitar 5 meter menjelang kamar mandi ada anjing musalaki yang tiduran
dan langsung menggonggong atas reaksi da. Dan da langsung mematung saat itu,
tak tahu harus berbuat apa. Hanya jantung ini yang seolah berpacu dan mengejar
waktu. Setelah anjing yang berukuran sangat besar untuk bangsanya itu mulai
sedikit berhenti da pun mulai berjalan perlahan. Namun gerahamnya masih
terdengar keluar seakan ingin mengunyah da saat itu. Alhamdulillah, dengan
tubuh bergetar da sampai di kamar mandi dan mulai berwudhu. Di jalan pulang
dengan hati yang penuh doa da masih di gerahamin sama anjing tersebut.
Mama Musalaki sedang menggendog anaknya |
Malam mulai merayap mengantar da ke peraduan yang hanya
berselimutkan duah kain sarung yang da bawa dari padang. Dingin mulai
bergelayut di tubuh da, kaus kaki yang da pakai sedikit membantu melalui malam
yang panjang. Nanti da kudu beli selimut jika ke kota, gumam bathin da.
Plank Sekolah |
0 komentar:
Posting Komentar