8 Januari 2016

Published Januari 08, 2016 by with 0 comment

Hari Pertama Mengunjungi Penempatan di Pedalaman Nusa Tenggara Timur : Dusun Ratenggoji Kecamatan Lepembusu kelisoke Kabupaten Ende



Pagi yang sangat dingin,,

Bapak christoforus Y.L . Lengo atau yang lebih akrap disapa pak ito adalah anak dari bapak agus, kepsek tempat da mengajar. Pak ito memboncengi da dengan motor maticnya  membelah kaki kelimutu yang dipapari sinar mentari pagi. Tapi, auranya belum mampu meredam dinginnya perjalanan kami menuju SMPN satap ratenggoji. Jalan yang ditempuh cukup bervariasi. Pertama, jalanannya masih aspal mulus sampai daerah yang bernama Sokolo’o. Selanjutnya dari tempat ini memasuki sebuah simpang. Jalan pun mulai banyak yang ditemui berlubang di sana sini. Dari atas motor da dapat melihat puncak kelimutu dengan agungnya seolah mengawasi perjalanan da menembus pedalaman nusa tenggara timur. 


Simpang Sokolo'o














Da pun mulai memasuki kawasan hutan dimana suara-suara  alam masih terasa asing di telinga. Motor pun boleh dihitung jari yang seiring ataupun berpapasan dengan kami. Perjalanan ini seperti memutari sisi pegunungan yang satu menuju yang satu nya lagi, terasa panjang, suram dan menceka. Setelah menempuh setengah perjalanan,  aspal yang tadinya masih berlubang disana – sini mulai menemui ujungnya yang buntu dan memasuki jalan rabas yang benar-benar berupa tanah dan bebatuan. Bahkan kami mulai menemukan kali dan beberapa genangan air. Sesekali da harus turun dari motor tersebut karena curamnya jalan yang akan di lalui. Tetapi da menikmati setiap jejak kaki yang da lahkahkan  sembari menyandang careel yang lumayan berat. Bayangan da yang dipapari sinar mentari di tanah bebatuan tersebut seolah olah membuat da merasa sedang mendaki sebuah gunung dengan tali temali yang berayun di seluruh careel yang sedang da sandang. 


Perjalanan Membelah Pegunungan

Jalan yang terjal, pegunungan sabana dan rumah penduduk yang terbuat rata-rata dari bambu mulai terlihat setumpuk-setumpuk. Layaknya rumah rumah yang belum tersentuh modernisasi. Kadang kala muncul juga dibenak da rasa takut melihat warga dan suasana kampung yang jauh dari kenyataan yang sering da temui. Tiba-tiba ada motor yang datang dari arah belakang, dan beliau ternyata guru IPA yang honor di tempat da bakal mengajar. Bapak ito meminta kepada bapak Kanisius Lio Wenggo untuk memboncengi da. Maklum, matic yang pak ito bawa mulai kewalahan. Dan da pun sudah berpindah motor dan sekarang pak kans pun memboncengi da menuju dusun ratenggoji.

Lembah Ratenggoji

Akhirnya sampai lah kami di sebuah lembah yang terasa sunyi senyap. Hanya angin yang bertiup kencang merobek setiap helai daun pisang menjadi rumbai-rumbai. Da melihat rumah adat yang paling besar berada di tengah kampung. Jujur, ada rasa aneh dan takut yang menjalar dibenak da saat itu. 


Rumah Tinggal Selama Setahun milik Musalaki

Dan dan pun mulai memasuki sebuah rumah milik musalaki (tuan tanah atau ketua adat). Minimalis, dinding bambu dan sedikit suram adalah kesan pertama da terhadap rumah yang akan menaungi da setahun kedepan. Terdiri atas  3 kamar, dan dapur yang sedikit menjorok ke belakang. Da menempati kamar disisi sebelah kanan bersama pak ito. Disisi sebelah kiri depan kamarnya pak agus dan disampingnya kamar pak kans. Kemudian dapurnya turun satu meter dari rumah utama dan masih berlantai tanah sebagian serta ada rak setinggi pinggang layaknya dipan tempat meletakan berbagai keperluan dapur.
Pagi itu juga da langsung ke sekolah, sekali lagi tanpa mandi da mengganti baju dengan seragam mengajar dan membalurkan lotion ke beberapa bagian tubuh untuk penyegar. Berjalan ke sekolah bersama pak kans sekitar 100 meter dan melewati beberapa rumah penduduk. Sesekali da tersenyum menyapa mereka yang mengintip dari dalam bilik bambu. Sesampainya di sekolah, ternyata beberapa orang guru sedang berkumpul di depan ruang kelas VIII. Da berkenalan dengan pak bay wakil kepala sekolah, ibuk An dan anaknya aurel serta ibuk ros yang mengajar bidang studi matematika. Kebetulan saat itu sedang jam istirahat pertama dan siswa-siswa berkerumun melihat guru baru mereka.


Ruang area kelas 8

Anak-anak mengambil kursi ke kantor, dan da serta guru guru yang ada duduk di depan ruang kelas VIII. Kata pak bay, biar anak-anak lebih puas dan jelas melihat guru baru mereka. Da masih sedikit sesak dengan lingkungan baru ini dan berusaha memberikan senyum terbaik. Ternyata jendela kelas VIII tersebut satu satunya area yang mendapat sinyal telepon seluler, jadi kalau ada yang menelpon, guru guru terpaksa berdiri di jendela walupun anak kelas 8 sedang belajar di dalam. Cukup mengganggu rasanya, tetapi para siswa sudah terbiasa dan memaklumi.


BapakKepala Sekolah: Paskalis Baylon Pango
Siangnya da langsung masuk ke kelas 9 yang mana guru agama khatoliknya sedang tidak di tempat. Wakil kepala sekolah menyuruh da masuk sebagai perkenalan tahap awal, lagian tidak mungkin juga untuk da mengajar bukan agama yang da anut. Anak-anak mulai memperkenalkan diri satu persatu. Dan da merasa kesulitan mendengar nama mereka karena logatnya yang kecepatan serta namanya yang memang sedikit berbeda dari nama yang biasa da dengar di Indonesia bagian barat. Setelah perkenalan timbal balik, da menyuruh mereka untuk maju kedepan menyanyi. Dan majulah si Petro, wanita yang berkulit hitam legam menyanyikan lagu daerah dari Maumere dan da hanya bisa senyum senyum mendengarnya. Tak tau artinya. 

Siswa SMPN SATAP Ratenggoji
Pulang sekolah jam satu siang, da langsung ganti pakaian. Pak kans masak nasi dan da mengikuti pak kans mengambil air di bak punya musalaki dengan 2 buah jerigen masing masing di tangan kiri dan kanan. Alhamdulillah air nya cukup mengalir walau sekarang lagi musim kemarau. Setelah itu da membantu pak ito memasak sayur dan da kebagian menguleg bawang. Bawang putih yang lebih dominan dari bawang merah membuat da kurang menikmati makannya. Terlebih lagi da hanya makan nasi plus sayur yang membuat selera makan da turun ke titik nol. Demi penghargaan da butuh waktu setengah jam untuk menghabiskan nasi yang tak seberapa. Berbeda dengan guru yang lainnya, dengan nasi yang menggunung mereka bisa lebih dulu menyelesaikan makanannya.

 
Bak Penampungan Air Milik Musalaki



Magrib menjelang dengan senja yang menawan di lembah sunyi ini. Dan da berjalan ke bak mandi musalaki untuk berwudhu. Tetiba da terkejut, di jalan sekitar 5 meter menjelang kamar mandi ada anjing musalaki yang tiduran dan langsung menggonggong atas reaksi da. Dan da langsung mematung saat itu, tak tahu harus berbuat apa. Hanya jantung ini yang seolah berpacu dan mengejar waktu. Setelah anjing yang berukuran sangat besar untuk bangsanya itu mulai sedikit berhenti da pun mulai berjalan perlahan. Namun gerahamnya masih terdengar keluar seakan ingin mengunyah da saat itu. Alhamdulillah, dengan tubuh bergetar da sampai di kamar mandi dan mulai berwudhu. Di jalan pulang dengan hati yang penuh doa da masih di gerahamin sama anjing tersebut.

Mama Musalaki sedang menggendog anaknya

Malam mulai merayap mengantar da ke peraduan yang hanya berselimutkan duah kain sarung yang da bawa dari padang. Dingin mulai bergelayut di tubuh da, kaus kaki yang da pakai sedikit membantu melalui malam yang panjang. Nanti da kudu beli selimut jika ke kota, gumam bathin da.

Plank Sekolah



    email this

0 komentar:

Posting Komentar