5 Mei 2016

Published Mei 05, 2016 by with 0 comment

Flores dalam Adat



My students | Yoman | Petro | Yoris | Thomas | Aldo | Finsen |
Da mengajar di kelas 7 pagi ini tiba tiba dipanggil guru kelas 6 SD untuk pergi minum minum bersama karena ada peletakan batu dalam rangka pembuatan WC guru SD RAtenggoji. Kebiasaan ini memaksa da harus meninggalkan kelas kepada guru perempuan yang sedang tidak mengajar saat itu karena semua guru lelaki duduk bersama di teras es de bersama para musalaki. Da mengambil secangkir kopi diantara tumpukan minuman terdekat. Ada pilihan lain seperti moke (minuman keras warga local) dan teh ditambah makanan yang digoreng seperti serabi kali ya kalau di sumatera. Rasanya lumayan manis tapi butuh kekuatan ekstra untuk menggigitnya karena teksturnya yang keras serta bewarna kecoklatan.Kemudian da balik lagi ke sekolah karena da ada jam mengajar lagi di kelas 9. Baru beberapa saat da mengajar di kelas Sembilan dipanggil lagi oleh guru sd untuk bunuh ayam yang ke empat kalinya di lembah ini.

Dan da harus menghadiri lagi acara makan makan di SD ratenggoji siang harinya sepulang sekolah. Tahulah, acara makan makan di flores ini bukanlah porsi da banget ditambah cita rasanya yang pasti terasa aneh dilidah minang da. Pertama tama dalam acara adat tersebuut kaum laki laki di dahulukan makan. Satu persatu dihidangkan untuk musalaki yang memakai penutup kepala ciri khas adat. Tak lupa menu wajib mereka daging babi dengan segala jenis rupa dan moke pastinya. Terakhir baru da dihidangkan nasi yang segunung plus sup ayam yang da bunuh tadi. Sup tersebut jika dideskripsikan tidak pantas disebut sup karna warna kuahnya yang bening seolah olah hanya dicampur denga kunyit doang. Potongan dagingnya sangat berbeda dari biasa yang da lihat karena daging ayan ini lebih mirip dicincang kecil kecil seukuran jempol tangan.

FLores
Acara makan ini membutuhkan waktu 2 jam hanya untuk sekedar menghabiskan nasi yang segunung karena diselingi cerita cerita yang membuat mereka berhenti mengunyak ditambah minum moke katanya mebuat selera untuk memakan dagingnya bertambah lahap. Jadi mereka bisa berkali kali menambah nasi dan daging babinya. Terus da juga melihat pak marsel guru kelas 6 meminta rebusan kaki babi yang gemuk gemuk pendek. da merasa tidak biasa dengan kondisi ini da pun  memalingkan wajah da dari hadapan mereka. Tempat duduk yang melingkar membuat da lebih sering sering menundukan kepala. Da sempat ditawari moke lagi tetapi da tolak dengan senyuman menggeleng.

Setelah makan para musalaki masih berbincang bincang dan mengharuskan da duduk bersila kurang lebih 3 jam lamanya. Pungung dan kaki mulai terasa sakit dan da sesekali memijat mijat punggung da sendiri sampai mengubah cara duduk berkali kali. Perbincangan yang lama ini ditambah pula mereka berbicara dalam bahasa daerah membuat da semakin berpasrah diri. Bathin da berteriak ingin segera pamit dan undur diri tapi da belum tahu caranya. Lagi pula belum ada satu pun yang meningggalkan lokasi menambah rasa segan da pula. Allah menjawab doa da seiring dipanggilnya da oleh ibu ros ke kantor dan hal ini menjadi moment bagi da untuk keluar dari acara duduk duduk yang panjang ini.



                                                                  
Ruang Kelas 2 SD











    email this

0 komentar:

Posting Komentar