4 Mei 2016

Published Mei 04, 2016 by with 0 comment

Menemukan Edelwis | Ratenggoji | Flores



 Ratenggoji | Flores
Dhani bersama Ibu Musalaki Serta anak-anak Ratenggoji | Rate = kuburan dan Nggoji = nama leluhur mereka
Perjalanan menuju daerah penempatan sm3t saya seringkali terkendala akan transportasi karena transportasi dari simpang jalan lintas flores menuju dusun Ratenggoji sangat minim transportasi. Transportasi yang ada hanya beroperasi setiap hari kamis dan Jumat. Di hari kamis ada  dua buah truk yang beroperasi dimana tempat duduknya diberi bangku kayu sekitar 7 banjar. Oto kayu tersebut bergerak dari dusun Ratenggoji menuju pasar wolowaru. Masyarakat menjual beragam hasil ladang mereka kemudian uangnya baru dibelikan untuk keperluan rumah tangga. Pasar wolowaru berlangsung sampai hari Jumat. Jadi mereka bermalam di wolowaru dan baru bisa pulang dari wolowaru dan kembali ke ratenggoji di hari jumatnya. Biasanya mereka sampai kembali sekitar jam 3 sore. 
Rian | Feri | Dika | Guru Sm3T Ende | UNP |
 Sebagai seorang guru yang mengajar di daerah seperti ini  belum membantu saya dalam kelancaran menuju atau keluar dari ratenggoji karena oto kayu beroperasi di hari proses belajar mengajar berlangsung sehingga saya terpakasa menggunakan jasa ojek yang menelan biaya yang lebih mahal jika ingin turun di hari sabtu minggu. Terkadang di waktu tertentu saya tidak bisa naik ataupun turun jika tidak ada tukang ojek yang beroperasi terlebih lagi waktu waktu sore menjelang malam. Jika sesekali saya dari kota jam 10 dan sampai di simpag lintas flores jam 12 siang dan selanjutnya menunggu kedatangan ojek yang mau mengantar ke daerah. Tidak semua dari penduduk sekitar simpang tersebut yang mau mengantar karena jalanan yang akan ditempuh sangat parah sehingga untuk motor tertentu takut untuk mengantar. 
Berhenti sejenak di panas teriknya perjalanan membelah pegunungan kabupaten Ende bersama Rian


Nah, jika dalam waktu sesekali tersebut saya tidak dapat ojek, walau sudah menunggu sampai sore maka saya akan memutuskan untuk menginap di wolowaru, salah seorang rumah teman sm3t yang berjarak satu jam perjalanan naik bus. Bus masih banyak yang beroperasi melewati lintas flores ini. Dari pada menginap di simpang ini yang tidak ada orang yang saya kenal terlebih daerahnya juga masih jarang akan rumah2 penduduk. 

Satu jam perjalanan menuju wolowaru dan saya di jemput andre ke terminal wolowaru. Di basecamp wolowaru saya sering menginap dan merepotkan jadi saya merasa bersyukur dan berterimakasih kepada mereka mereka yang sudi menampung saya , ada rian, mbak titin, mas yosta, retno dan andre. 


Ratenggoji | Rumah guru SMT



Keesokannya jika saya ingin kembali ke ratenggoji biasanya rian bersedia mengantar saya.
Pada kesempatan ini saya tidak hanya diantar sampai simpang jalan lintas tetapi teman teman juga ingin melihat bagaimana perjalanan saya membelah pegunungan flores untuk sampai ke lembah ratenggoji. Saya bersama rian dan ada bg dika bersama dani. Dengan dua motor saya mulai mengenalkan jalanan ratenggoji yang mulai menyiksa kendaraan mereka. Tetapi di tengah perjalanan rian menemukan edelwis berserakan disepanjang perjalana. Saya yang sudah berkali-kali melewati jalan ini tidak pernah sadar akan keberadaan bunga abadi ini. Walaupun motor mereka terantuk2 mengantar saya setidaknya mereka membawa edelwies sebanyak yang mereka mau.

Singgah di sebuah telaga kecil dimana ada sebuah sungai yang mengalir membelah jalan
Sesampainya di lembah ratenggoji saya menyempatkan memasak mie rebus dengan ambahan telur untuk sekedar mengisi perut mereka yang mulai terkuras karena terantuk antuk selama perjalanan.Rian berinisiatif berbincang bincang bersama Musalaki (ketua adat ) dan warga lainnya yang sedang memperbaiki kuburan keluarga musalaki. Bang dika dan Dhani bercerita bersama ibu Musalaki dan anak anak kecil lainnya juga ikut nimbrung melihat ibu guru dhani yang sangat cantik. Dhani merasa menjadi artis  karena diperhatikan oleh se isi lembah yang tidak pernah dikirimkan ibu guru sm3t. selama ini hanya di isi oleh guru pria karena medan yang ditempuh sangat sulit. Bahkan kedatangan saya seolah tak digubris, para warga dan guru-guru lebih focus menanyakan tentang ibu guru dhani. Dan saya hanya bisa memaklumi.
    email this

0 komentar:

Posting Komentar