4 Oktober 2016

Published Oktober 04, 2016 by with 0 comment

Soal GHS

    email this

13 Juli 2016

Published Juli 13, 2016 by

Palanta Roemah Kayoe || Wisata Kuliner Sumatera Barat

SM3T ENDE 4 BUKA BERSAMA || PALANTA ROEMAH KAYOE



Ende angkatan 4 Buka bersama

Keluarga Ende 4 mengadakan buka bersama di sebuah tempat yang cukup unik dan menarik. Rencana dadakan yang kami rapatkan Minggu siang langsung disepakati untuk memfix kan mengambil tempat tersebut yang berlokasi di Jl. Sungai Jirak No. 10, Koto Baru Nan XX, Lubuk Begalung, Kota Padang, Sumatera Barat.


bersama Adiak bungsu ende
Sebelum memasuki rumah utama, taman dari rumah ini lumayan luas cukup untuk menampung beberapa kendaraan yang akan parkir. Di depan gerbang juga di sulap sebuah mushalla tempat pengungjung yang ingin menunaikan sholat. kolam juga menghiasi bagian halaman depan ini, dimana airnya sangat menyejukan. Bagian depan rumah bertuliskan nama dari rumah tersebut yaitu : "Palanta Roemah Kayoe" dimana rumah kayu ini terkesan dengan nuansa rumah adat ke arah rumah adat bengkulu. Selain itu juga ada gerobak pedati yang menghiasi bagian depannya ketika kita akan memasuki ruangan utama rumah ini.
Palanta taman belakang

Kami berjumlah 17 orang menempati ruang di bagian belakang. Ketika memasuki sebuah rumah yang di design dengan dominasi oleh kayu ini di sambut dengan suasana yang mendamaikan. Ruang utama ini lebih banyak di khusukan untuk pengunjung yang terdiri dari beberapa orang saja. keluar dari rumah utama kita disambut lagi dengan taman belakang sebuah rumah yang sangat menyejukan mata. Ada juga hospot instagram untuk lucu-lucuan yang ingin mengabadikan moment. Selain itu  juga dilengkapi dengan tenda-tenda yang menyerupai payung payung yang berukuran cukup besar. Kemudian ada ayunan, jungkat jungkit yang melengkapai kedamaian taman belakang rumah ini.
On Instagram

Azan maghrib berkumandang kami segera menyantap takjil yang disedikan dengan rasa yang saya sendiri rasa pas di lidah. takjilnya berupa es teh, kurma 3 buah, dan cendol dengan variasi isi yang menarik. menu yang saya pilih adalah ayam bakar dimana kami memasan berupa paket ramadhan dengan harga 43 ribu rupiah. Berdasarkan survey setelah makan, teman-teman tidak ada keluhan dengan kecocokan harga dengan menu yang dihidangkan. jadi dapat saya simpulkan tempat yang kami pilih sebagai tempat buka puasa bersama keluarga ende 4 aman sukses dan lancar.

Setelah menyantap takjil kami terlebih dahulu sholat maghrib di sisi bagian depan dimana airnya yang sejuk dan dingin mengantarkan kekhusyukan kami menunaikan ibadah maghrib ini. Setelah sholat baru dilanjutkan dengan makan menu utama ayam bakar dan sebagian lain ada yang memilih ayam lado ijau. Alhamdulillah dengan suasana palanta rumah kayu yang sangat kekeluargaan, menentramkan dan mendamaikan. Sangat cocok untuk berkumpul dengan teman, sahabat dan keluarga kita pastinya.









Bersama kakak tertua ende


 



Read More
    email this

25 Juni 2016

Published Juni 25, 2016 by with 0 comment

Pesta perkawinan di Ende




Jumat, 05:49 WITA



Da turun ke kota bersama pak Kans kemaren sore dalam rangka menghadiri pernikahan salah seorang guru smp di kota. Malamnya da susah tidur, terbangun setiap satu jam menjelang subuh. Pagi ini da melanjutkan novel tere liye serial anak anak mamak “PUKAT” yang da beli di pasar ende. Bab 8 berjudul perpisahan membuat da harus mengalah pada gravitasi yang cukup besar. Airmata ini mengalir dengan sendirinya mencoba merangkai asa da untuk menginjak daun daun maple yang sedang berguguran suatu saat nanti. Novel ini sungguh menginspirasi da yang insyaallah mengantarkan da ke benua putih itu entah beberapa tahun lagi. Dengan sabar da menunggu janji yang Allah gariskan untuk da. Semoga yang terbaik.

Da dijemput oleh pak kans jam setengah 8 menuju pesta ibu Tin yang berlangsung di rumahnya di dekat Barata. Ketika kami datang lampu sedang padam, sesaat seolah da terjebak di tempat antah berantah, kemdian genset mulai menyala, dan kami para guru yang datang sudah berkumpul sebelumnya di luar gang mulai bersalaman bersama pengantin. Pengantinnya terlihat aneh dan tua bagi da, ternyata mereka sudah mempunyai anak sebelumnya dan sudah berumur 4 tahun. Adat disini terutama yang beragama katolik sudah biasa tinggal bersama walau belum menikah. Hal ini terkendala sistem adat berupa “belis” yang sangat mahal. Biasanya belis tersebut berupa hewan ternak seperti babi dan kerbau. Se ekor babi saja bisa mencapai jutaan harganya dan menjadi hewan ternak termahal. Maka banyak dari warga yang belum mampu untuk mengadakan pemberkatan pernikahan, tinggal serumah terlebih dahulu, bekerja dan mengumpulkan uang untuk pemberkatan menikah mereka di gereja.

Awalnya da ragu untu makan, setelah MC acara mengatakan makanan tersebut halal 100% baru lah da sedikit lega. Terlihat ada juga mama mama yang berjilbab menghadiri pesta. Kerukunan umat beragama yang cukup tinggi terbukti dengan hidup damai saling berdampingan di bumi tempat pancasila dikandung katanya. Sebelum makan di buka dengan doa agama katolik dan da hanya terdiam melihat mereka menggerakan tangnnya disekitar dada.

Acara dilanjutkan dengan musik dan tarian. Dibuka dengan sesorang yang menari dengan selendang khas tenun ende. Setelah dia menari beberapa saat kemudian meletakan selendang ke para tamu undangan yang datang. Tamu yang mendapatkan selendang tersebut harus maju ke depan sendirian dan mulai menari dengan gaya yang diinginkan masing-masing pribadi. Begitu selanjutnya bergiliran orang demi orang hingga kedapatan kepala sekolah da yang duduk di depan. Beliau pun mulai berjoget ala- ala masyarakat flores yang membuat tawa para guru yang lainnya berderai. Setelah ini masih berlanjut dengan tarian ‘gawi’. Semua hadirin yang duduk mulai berdiri ke depan dan membentuk lingkaran demi lingkaran seperti obat nyamuk, saling bergandengan satu sama lain serta mulai benari bersama. Hentakan kaki yang seirama dengan iringan musik yang khas membuat susasana terasa mengasyikan bagi mereka. 

Acara joget ini bisa mereka lakukan sampai subuh tanpa henti dan tanpa rasa lelah.melihat mama mama yang muslim mulai bergerak pulang, da pun mengikuti mereka. Setelah pamit sama pak kans, da berjalan kaki pulang ke perumnas yang jaraknya tak seberapa. Mencoba menghindari hirup pikuk yang da benci selama ini bahkan di kampung halaman sendiri. Da benci acara acara dengan musik yang menghentak memekakan telinga. Berjalan sendirian ketika jam menunjukan pukul setengah sebelas malam cukup menciutkan sedikit hati da. Alhamdulillah da sampai di rumah dengan selamat dan masih terjaga dari halalnya apa yang da makan dan da minum.
Read More
    email this