30 Desember 2016

Published Desember 30, 2016 by with 0 comment

“PERIH YANG MENYENANGKAN” Tuti Respati, S.Pd. (Pendidikan Biologi) // Bagian 1

Nusa Tenggara Timur
Kamis, 28 Agustus 2014 sebanyak 25 orang guru SM3T LPTK UNP siap untuk diberangkatkan ke daerah pengabdian yaitu Ende, Flores, NTT. Saya termasuk di dalamnya yang akan mengabdi selama satu tahun di Kabupaten Ende. Perjalanan dari Padang ke Ende dengan pesawat memerlukan waktu kurang lebih 6 jam. Namun karena adanta transit kami harus menginap dulu di kupang sehingga lama perjalanan menjadi 2 hari.

Jum’at, 29 Agustus 2014 pukul 8 pagi sampailah kami di bandara Abdoer Ariebosman Ende. Bandara ini tidak terlalu besar namun banyak turis dari berbagai negara yang terlihat di ruang tunggu bandara. Ketika menunggu bagasi, kami melihat di luar sudah ada senior SM3T angkatan III LPTK UNP yang menyambut kedatangan kami. Dari bandara kami jalan kaki ke beskem senior SM3T, sedangkan barang-barang telah dibawa dengan mobil sebelumnya. Alhamdulillah sesampai di beskem ternyata kami juga mendapat orang tua asuh yang juga berasal dari padang. Mereka adalah pak Ali Anis dan Ibu Asmawati. Mereka sangat baik dan dengan senang hati menerima kami di rumahnya. Kami juga berkenalan dengan senior SM3T lainnya. Siang hari nya sekitar jam setengah 2 kami pergi ke kantor kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (PPO) untuk lapor diri sekaligus mengetahui sekolah pengabdian kami masing-masing. Setelah berkenalan dan berbincang-bincang dengan kepala dinas, akhirnya kepala dinaspun membacakan sekolah penempatan kami. Saya yang pertama kali dibacakan ternyata mendapat sekolah pengabdian di SMP Negeri Satu Atap Wologai.

Setelah semua lokasi dibacakan, saya bertanya kepada senior SM3T mengenai informasi sekolah penempatan saya. Namun, sayangnya tidak ada satu orangpun senior yang mengetahui dimana persisnya sekolah ini karena sebelumnya tidak pernah ada SM3T dari Padang yang di tempatkan di lokasi pengabdian saya ini. Saya merasa sedikit kecewa karena tidak mendapatkan informasi apapun. Sementara teman-teman yang lain sudah sibuk bertanya mengenai sekolah pengabdiannya kepada senior yang pernah mengajar di lokasi tersebut.

Setelah acara selesai, kami pun berencana kembali ke rumah. Saya sudah siap-siap jalan menuju gerbang dinas PPO, tiba-tiba dari belakang saya mendengar ada yang memanggil nama saya. Ternyata yang memanggil nama saya tersebut adalah Guru SM3T angkatan ke 3 LPTK UNY yang mengajar di sekolah pengabdian saya. Syukur Alhamdulillah, akhirnya saya bisa mengetahui beberapa informasi mengenai sekolah tempat saya akan mengabdi. Namanya Mas Amri yang ternyata mengajar matematika. Setelah diberikan beberapa informasi, akhirnya saya mengetahui bahwa ternyata wilayah pengabdian saya ini merupakan daerah paling tertinggal di kecamatan Ende. Saya merasa sedikit khawatir karena saya satu-satunya yang ditempatkan disana tanpa ada teman. Dibandingkan teman-teman lain, mereka memiliki teman yang setidaknya satu daerah dan berdekatan dengan sekolah tempat mereka mengajar. Mas amri pun ragu, apakah saya sanggup mengabdi di sana karena sejauh ini belum ada teman yang juga di tempatkan dekat dengan saya, bahkan dari LPTK Undiksa dan UNY yang sebagian dari mereka juga ada yang mengabdi di kabupaten ende. Ditambah lagi saya perempuan, hal ini menambah kekhawatiran senior di tempat saya akan mengabdi tersebut. Temaptnya di puncak gunung, air agak susah, listrik negara belum masuk, warganya 100% katolik, dan sinyalpun juga susah. Begitulah ia menceritakan secara singkat kondisi tempat saya akan mengabdi selama setahun. Ia menyarankan agar saya minta pindah saja ke sekolah lain yang lebih dekat dengan kota dan aksesnya mudah. Saya sempat khawatir dan bingung. Apakah saya akan mampu? Apakah tidak apa-apa jika saya sendirian disana tanpa ada teman-teman lain yang sama tempat pengabdiannya dengan saya? Mas amri saja yang sudah 3 orang di tempatkan disana bersama teman lainnya masih tidak sanggup untuk berlama-lama disana? Saya berfikir keras atas apa yang disampaikan oleh mas Amri. Haruskah saya berbicara dengan kepala dinas pendidikan kabupaten ende agar saya ditempatkan di sekolah lain saja? Haruskah saya mengikuti saran mas amri? Namun, saya kembali kepada niat awal saya memilih ende sebagai tempat pengabdian saya. Saya sudah memilih dan saya harus menerima segala yang ditetapkan. Toh ini Cuma setahun. Saya pasti bisa melewatinya. Begitulah saya menguatkan diri agar tetap bertahan dan bersedia ditempatkan dimanapun. Hal ini menjadi suatu tantangan bagi saya agar tetap bertahan dengan kondisi apapun. Saya yakin dengan niat yang tulus dan ikhlas, Allah SWT akan menjaga saya, dimanapun saya berada.   

Senin, 1 September 2014 kami semua berkumpul di kantor bupati untuk acara penerimaan SM3T yang baru dan pelepasan SM3T yang lama. Acara ini berlangsung dari pagi hingga siang. Dalam acara ini juga turut hadir dosen dari masing-masing LPTK yang ditempatkan di Kabupaten Ende yaitu LPTK UNP (Padang), UNES (Semarang) dan UNDIKSA (Bali). Kepala sekolah dari masing-masing lokasi penempatan SM3T juga turut hadir dalam acara ini termasuk kepala sekolah tempat saya akan mengabdi. Nama kepala sekolah tersebut adalah Silvester Sama, S.Pd.

Setelah selesai acara resmi, saya dan kepala sekolah serta Mas Amri berbincang-bincang hingga akhirnya diputuskan bahwa saya akan berangkat ke sekolah pengabdian hari kamis, 4 September 2014. Saya tidak berangkat ke lokasi hari itu karena Rabu, 3 September 2014 guru SM3T angkatan ke IV diberikan kesempatan mengunjungi Danau Kelimutu secara gratis oleh bupati kabupaten ende. Segala biaya akan ditanggung oleh bupati Ende. Danau kelimutu adalah ikon wisata kabupaten Ende sehingga kami sangat senang diberikan kesempatan untuk mengunjungi tempat ini.




    email this

0 komentar:

Posting Komentar