Kamis,
28 Agustus 2014 sebanyak 25 orang guru SM3T LPTK UNP siap untuk diberangkatkan
ke daerah pengabdian yaitu Ende, Flores, NTT. Saya termasuk di dalamnya yang
akan mengabdi selama satu tahun di Kabupaten Ende. Perjalanan dari Padang ke
Ende dengan pesawat memerlukan waktu kurang lebih 6 jam. Namun karena adanta
transit kami harus menginap dulu di kupang sehingga lama perjalanan menjadi 2
hari.
Jum’at,
29 Agustus 2014 pukul 8 pagi sampailah kami di bandara Abdoer Ariebosman Ende.
Bandara ini tidak terlalu besar namun banyak turis dari berbagai negara yang
terlihat di ruang tunggu bandara. Ketika menunggu bagasi, kami melihat di luar sudah
ada senior SM3T angkatan III LPTK UNP yang menyambut kedatangan kami. Dari bandara kami
jalan kaki ke beskem senior SM3T, sedangkan barang-barang telah dibawa dengan mobil
sebelumnya. Alhamdulillah sesampai di beskem ternyata kami juga mendapat orang
tua asuh yang juga berasal dari padang. Mereka adalah pak Ali Anis dan Ibu
Asmawati. Mereka sangat baik dan dengan senang hati menerima kami di rumahnya.
Kami juga berkenalan dengan senior SM3T lainnya. Siang hari nya sekitar jam
setengah 2 kami pergi ke kantor kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (PPO)
untuk lapor diri sekaligus mengetahui sekolah pengabdian kami masing-masing.
Setelah berkenalan dan berbincang-bincang dengan kepala dinas, akhirnya kepala
dinaspun membacakan sekolah penempatan kami. Saya yang pertama kali dibacakan
ternyata mendapat sekolah pengabdian di SMP Negeri Satu Atap Wologai.
Setelah
semua lokasi dibacakan, saya bertanya kepada senior SM3T mengenai informasi
sekolah penempatan saya. Namun, sayangnya tidak ada satu orangpun senior yang
mengetahui dimana persisnya sekolah ini karena sebelumnya tidak pernah ada SM3T
dari Padang yang di tempatkan di lokasi pengabdian saya ini. Saya merasa
sedikit kecewa karena tidak mendapatkan informasi apapun. Sementara teman-teman
yang lain sudah sibuk bertanya mengenai sekolah pengabdiannya kepada senior
yang pernah mengajar di lokasi tersebut.
Setelah
acara selesai, kami pun berencana kembali ke rumah. Saya sudah siap-siap jalan
menuju gerbang dinas PPO, tiba-tiba dari belakang saya mendengar ada yang
memanggil nama saya. Ternyata yang memanggil nama saya tersebut adalah Guru SM3T angkatan ke 3 LPTK UNY yang mengajar di sekolah
pengabdian saya. Syukur Alhamdulillah,
akhirnya saya bisa mengetahui beberapa informasi mengenai sekolah tempat saya
akan mengabdi. Namanya Mas Amri yang ternyata mengajar matematika.
Setelah diberikan beberapa informasi, akhirnya saya mengetahui bahwa ternyata
wilayah pengabdian saya ini merupakan
daerah paling tertinggal di kecamatan Ende. Saya merasa sedikit khawatir karena
saya satu-satunya yang ditempatkan disana tanpa ada teman. Dibandingkan
teman-teman lain, mereka memiliki teman yang setidaknya satu daerah dan
berdekatan dengan sekolah tempat mereka mengajar. Mas amri pun ragu, apakah
saya sanggup mengabdi di sana karena sejauh ini belum ada teman yang juga di
tempatkan dekat dengan saya, bahkan dari LPTK Undiksa dan UNY yang sebagian
dari mereka juga ada yang mengabdi di kabupaten ende. Ditambah lagi saya
perempuan, hal ini menambah kekhawatiran senior di tempat saya akan mengabdi
tersebut. Temaptnya di puncak gunung, air agak susah, listrik negara belum
masuk, warganya 100% katolik, dan sinyalpun juga susah. Begitulah ia
menceritakan secara singkat kondisi tempat saya akan mengabdi selama setahun.
Ia menyarankan agar saya minta pindah saja ke sekolah lain yang lebih dekat
dengan kota dan aksesnya mudah. Saya sempat khawatir dan bingung. Apakah saya
akan mampu? Apakah tidak apa-apa jika saya sendirian disana tanpa ada
teman-teman lain yang sama tempat pengabdiannya dengan saya? Mas amri saja yang
sudah 3 orang di tempatkan disana bersama teman lainnya masih tidak sanggup
untuk berlama-lama disana? Saya berfikir keras atas apa yang disampaikan oleh
mas Amri. Haruskah saya berbicara dengan kepala dinas pendidikan kabupaten ende
agar saya ditempatkan di sekolah lain saja? Haruskah saya mengikuti saran mas
amri? Namun, saya kembali kepada niat awal saya memilih ende sebagai tempat
pengabdian saya. Saya sudah memilih dan saya harus menerima segala yang
ditetapkan. Toh ini Cuma setahun. Saya pasti bisa melewatinya. Begitulah saya
menguatkan diri agar tetap bertahan dan bersedia ditempatkan dimanapun. Hal ini menjadi suatu tantangan bagi saya agar tetap bertahan
dengan kondisi apapun. Saya yakin dengan niat yang tulus dan ikhlas, Allah SWT
akan menjaga saya, dimanapun saya berada.
Senin,
1 September 2014 kami semua berkumpul di kantor bupati untuk acara penerimaan
SM3T yang baru dan pelepasan SM3T yang lama. Acara ini berlangsung dari pagi
hingga siang. Dalam acara ini juga turut hadir dosen dari masing-masing LPTK
yang ditempatkan di Kabupaten Ende yaitu LPTK UNP (Padang), UNES (Semarang) dan
UNDIKSA (Bali). Kepala sekolah dari masing-masing lokasi penempatan SM3T juga
turut hadir dalam acara ini termasuk kepala sekolah tempat saya akan mengabdi.
Nama kepala sekolah tersebut adalah Silvester Sama, S.Pd.
Setelah
selesai acara resmi, saya dan kepala sekolah serta Mas Amri berbincang-bincang
hingga akhirnya diputuskan bahwa saya akan berangkat ke sekolah pengabdian hari
kamis, 4 September 2014. Saya tidak berangkat ke lokasi hari itu karena Rabu, 3
September 2014 guru
SM3T angkatan ke IV
diberikan kesempatan mengunjungi Danau Kelimutu secara gratis oleh bupati kabupaten ende. Segala biaya akan ditanggung oleh bupati Ende. Danau
kelimutu adalah ikon wisata kabupaten Ende sehingga kami sangat senang diberikan kesempatan untuk mengunjungi tempat
ini.
0 komentar:
Posting Komentar