Jumat 3 april
Hari ini pun da dan beberapa orang teman yang masih di
basecamp kembali di tinggal oleh rombongan Sleeping
Genk atau boleh di bilang partai senior. Mereka akan menyusul rombongan
sepeda motor kemaren yang sudah sampai di tempat tujuan. Dan da hanya tinggal
sekitar sepuluh orang di basecamp melarikan diri ke tempat tongkrongan kami di
Hero swalayan untuk sekedar menikmati es krim sembari melihat acara umat kristiani
yang akan menggelar “jalan paskah”. Layaknya sebuah parade mempertontonkan
yesus sedang mengalami penyiksaan dan di meriahkan oleh para siswa siswa
sekolah menengah sepertinya. Mereka mengunakan kostum berbau vatikan atau
romawi kali ya. Entahlah,, yang jelas terlihat keren dan berbeda kostumnya.
Tuti pun merekam longmarch yang
mereka buat di sepanjang jalan utama kota ende.
Kami yang tersisa di basecamp akhirnya merencankan liburan ke
ibukota propinsi. Pak an menemani da mencari kapal ke pelabuhan IPI jikalau ada
kapal dari kota kupang yang merapat di ende. Setelah bertanya di sepanjang
pelabuhan kami pun kembali ke rumah. Setelah berbincang cukup lama akhirnya
jatuhlah topik pembicaraan tentang perjalanan dengan pesawat terbang. Ayah
angkat kami di ende menelpon kenalannya, beliau menanyakan harga tiket ke kota
kupang yang berkisar sekitar 400rb kemudian ada yang bertanya ,, kalo ke Labuan
bajo pak ? ,, bapak kembali bertanya dan mengatakan bahwa tiketnya lebih murah
yaitu 375ribu. Teriakan yang bersorai dari 11 orang yang tinggal langsung
menandakan persetujuan semua pihak dan langsung saat itu memesan tiket ke
Labuan bajo. Padahal tidak ada rencana sama sekali bakalaan mengunjungi Labuan
bajo lebih awal dari perbincangan semula. Sejurus kemudian masing masing sudah
sibuk menyusun perlengkapan perjalanan beberapa hari ini.
Sabtu, 4 april
Seperti biasanya subuh bersama di basecamp sudah mengantri
untuk mendapatkan kamar mandi terlebih dahulu. Anak anak terlihat excited
karena akan naik pesawat terbang lagi terlebih dengan uang sendiri. Ibu
juga antusias mengingatkan kami akan barang barang bawaan masing masing. Kami
pun segera berjalan kaki menuju bandara yang berjarak tak seberapa bahkan harus
menggeleng beberapa kali kepada Sopir sopir angkot yang mulai berhenti
menawarkan kami untuk di antar ke tujuan. Tak perlu menunggu lama kami segera check in dan sibuk memfoto tiket masing
masing di ruang tunggu penerbangan. Kami saling mengupload dan like status
masing masing baik di fb maupun instgram serta tak lupa mengganti tampilan BBM
sebagai aksi pamer tentunya. Hahah,, sedikit menyombongkan diri boleh lah ya,,,
Suasana pagi yang dingin ditambah ac ruangan yang membeku
tidak mengalahkan semangat kami yang ingin segera terbang. Pesawat lion yang
kami tumpangi sudah mendarat di landasan bandara dan kami pun segera berjalan
memasuki pesawat setelah pemberitahuan dari
suara suara speaker yang merambat di udara. Alhamdulillah da dapat di
tepi jendela kali ini dan memulai penerbangan ini dengan bismillah. Cuaca pagi
ini pun mendukung perjalanan kami. Hamparan laut langsung menyambut pemandangan
penerbangan kali ini. Kawah gunung ia yang masih aktif mengeluarkan asap
terlihat memukau dari udara. Gradasi warna laut menambah keindahan perjalanan
menuju bandara komodo di Labuan baju kabupaten manggarai menuju ujung barat
pulau flores.
45 menit pun berlalu dengan singkatnya dan menyadarkan kami untuk segera turun dan
memulai liburan yang semoga penuh dengan petualangan menarik. Bandara komodo
lebih terlihat keren daripada bandara h. hasan aboeroesman yang di ende dari
segi arsitektur bangunannya yang lebih modern. Bang ade dan bang marta sudah menyambut kami di luar bandara dan siap
mengantar kami ke kerabat minang yang ada di kabupaten ini. Oh ya, setelah
dihubungi pak an semalam, akhirnya sleeping genk berbelok arah dari riung dan
memutuskan berlibur bersama kami mengunjungi salah satu keajaiban dunia yakni
pulau komodo. Dan da tak tahu entah apa yang ada di benak teman teman yang
sedang menikmati indahnya taman bawah laut riung yang mungkin juga berkesan
dihati mereka masing masing.
Sleeping genk sudah memesan tiket kapal yang akan membawa kami
menyebrang menuju pulau komodo. Kami menyewa kapal seharga 3,5 juta untuk 17
orang sehingga masing masing membayar sekitar 200 ribuan. Kapal yang kami
tumpangi bertingkat dua dan tanpa ada perbincangan dengan sendirinya sudah
memutuskan bahwa sleeping geng menempati lantai satu dan yang sisanya bergerak naik ke lantai dua. Lantai dua dengan
peneduh yang berukuran sekitar 2x3 tidak mengurangi rasa bahagia kami saat itu. Laut biru
yang luas serta terpaan angin yang berhembus menambah semangat kami untuk
segera melihat makhluk yang masih berkekerabataan dengan hewan purba dinosaurus
tersebut. tetapi kami tentunya tidak membatasi satu sama lain untuk menikmati
perjalanan dari lantai satu atau dari sisi yang diinginkan masing masing pihak.
Moment yang pasti tidak ketinggalan adalah berebut berfoto di
atas kapal dengan view yang menawan
mata. Hingga kami harus antri satu persatu untuk bisa mengabadikan moment
bersejarah ini. Perjalanan yang membutuh kan waktu sekitar 4 jam terasa sangat
singkat dengan waktu kami yang ke asyikan berfoto. Sempat sesaat hujan dan itu
pun kami memaksakan diri berkerumun bersama di penuduh yang berukuran sekitar
2x2 meter. Hujan yang hanya gerimis sesaat
memaksa kami melanjutkan aksi untuk foto foto selama perjalanan. Ketika
sleeping genk memutuskan untuk makan siang, kami pun mulai berhenti dan makan
bersama dengan nasi yang sudah di bungkus oleh keluarga minang tadi yang mana
mereka juga membuka rumah makan padang. Jadi selera makan masih menyala nyala
karena taste nya tentu nyaman di
lidah kami.
Ketika sandaran untuk
merapat mulai terlihat dari kejauhan kami sudah berdiri di ujung kapal
semuanya. Berdiri menyongsong pulau yang bahkan lebih dulu banyak dikunjungi
oleh turis mancanegara. Saat ada pusaran air yang ditandai dengan bendera merah
kami kembali duduk ketakutan bahkan sembari menyalahkan pinta yang berbadan
seukuran komodo untuk duduk pada posisi yang tepat karena saking parnonya.
Maklum lah, banyak dari kami yang tak bisa berenang dengan baik sehingga kapal
oleng sedikit saja sudah berteriak menyebut nama pinta. Hha,,
Kapal akan segera merapat ke pelabuhan dengan melakukan
beberapa putaran. Saat itu ayu yang penempatan maurole berniat menjadi orang
pertama yang menginjakan kaki di pulau komodo. Da yang saat itu hanya diam
melihat ayu turun ke bawah untuk segera menjejakan kaki nya. Tiba tiba kapal
segera merapat ke pelabuhan dimana uda yang saat itu berada di tepi kapal
dengan mudah melompat ke pelabuhan tanpa harus turun mengikuti jenjang nya dari
lantai dasar kapal. Sehingga uda menjadi orang pertama yang berhasil
melangkahkan kaki di pulau komodo sembari tersenyum kepada ayu yang masih
menunggu kapal bisa merapat. Da yang tidak berencana sebelumnya menjadi tertawa
terbahak kepadanya yang membuatnya semakin dongkol tak menentu.
Perlahan kami mulai melangkah memasuki gerbang komodo national
park beriringan sembari tersenyum bahagia. Tak lupa kami foto bersama di depan
gerbang masuk kemudian melanjutkan ke tempat pemesanan tiket. Saya lupa persis
harganya tetapi ketika di total semuanya masing masing kami membayar 45 ribu termasuk menyewa ranger. Ranger
adalah sebutan untuk pawang nya komodo, sayapun tak menanyakan kenapa disebut
ranger yang jelas saat itu karena kami banyak sehingga membutuh kan 4 orang ranger. Pihak pengelola menawarkan 3
sesion perjalanan: short, medium dan long untuk menjelajah dan menemukan
komodonya. Karena waktu yang terbatas kami memutuskan mengambil yang short nya. Dari segi biaya sich sama
saja harga nya terhadap paket manapun yang kita ambil. Komodo sangat peka
terhadap darah sehingga perempuan yang menstruasi di rombongan kami ada satu
orang sehinngga harus tetap menjaga jarak aman dan didampingi oleh seorang
ranger khusus.
Kami berjalan berombongan dan disarankan untuk tidak berpisah
pisah apalagi sendirian dan terpisah dari kelompok. Karena kami hanya mengambil
short paket sehingga tidak terlalu lama menjelajah alam dan kembali ke posko
dengan jalur yang berbeda. Ketika jalan pulang kami bertemu dua ekor komodo
yang lumayan besar di sebuah gubuk entah sedang tidur atau tidur tiduran. Anak
anak mulai atusias bercampur takut melihat komodo makhluk yang hanya ada disatu
satunya tempat di bumi ini. Saya sendiri merasa was was dan menjaga jarak
dibandingkan beberapa teman teman yang berusaha mendekat dan mengambil gambar.
Seorang ranger pun menawarkan untuk mengambil gambar secara dekat dan kami pun
mengantri mengambil tempat untuk berpose bersama sang komodo. Kemudian setelah
semua siap bahkan sempat merebut antrian ternyata hasil fotonya sangat
mengecewakan dimana gambar kami di zoom
oleh ranger sehingga menjadi blur tak
menentu. Kami pun melanjutkan berfoto dengan posisi komodo sebagai latarnya
ditambah perasaan tegang takut takut komodonya nanti mengejar kami.
Kami melanjutkan perjalanan setelah puas mengabadikan moment
bahkan diperjalanan berikutnya kami jugaa melihat dua ekor lagi yang merayap di
sepanjang perjalanan menuju tempat penjualan berbagai aksesoris komodo.
Beberapa teman membeli gelang mutiara seharga 45 ribu, ada juga kaos komodo,
patung komodo dari kayu dan berbagai pernak pernik lainnya. Dan saya entah
kenapa tak tertarik untuk membelinya, menurut da tidak ada sesuatu yang
istimewa dari komodo nya, apalagi ukiran nya yang terbuat dari kayu. Karena
pulau ini masuk keajaiban dunia sehingga rasa ‘sesuatu’ nya kita berada disini
yang membuat perjalanan ini terasa wah.
|
Pink Beach dari atas bukit |
Awak kapal menyuruh kami
untuk bergegas untuk melanjutkan perjalanan menuju pink beach. Tak berjarak seberapa kami pun sudah sampai di pink beach ketika matahari sudah mulai condong ke arah
barat. Kapal yang kami tumpangi tidak bisa merapat ke area dangkal dan banyak
terumbu karam sehingga kami menyewa sampan sampan kecil yang sudah merapat
disekitar pantai. Ternyata bukan pasir nya yang bewarna merah muda melainkan
terumbu karang nya yang sudah melebur bersama pasir nya sehingga membuat kesan
pasirnya yang bewarna pink. Sore ini tak membuat da berminat berenang bersama
yang lain nya yang menyelam melihat terumbu karang yang sangat mengagumkan. Da
hanya berbaring menikmati senja yang akan menjelang di atas keindahan pasirnya
yang bewarna. Sejurus kemudian da tergerak mendaki bukit karena ada sekolompok
orang yang turun dari sabana yang menyegarkan mata. Da dan eci mulai naik ke
atas dan mengambil berbagai spot untuk di potret, anak anak yang lagi mandi pun
mulai mengikuti kami yang sudah setengah jalan mendaki bukitnya. Tak tahunya
pemilik kapal segera menyuruh kami turun karena hari yang sudah senja sehingga
kamipun kembali ke kapal melanjutkan perjalanan pulang. Walhasil pemandangan
pantai pink dari atas bukit tidak bisa dinikmati sore itu.
Senja yang sangat sempurna mempesona menemani perjalanan
pulang kami menuju Labuan bajo. Gelap mulai menangkap kami menghadiahkan bulan
yang malam itu mulai menutup diri perlahan dan menjadi gerhana bulan total. Air
laut terasa lebih ganas menggoyang kapal yang membawa kami kembali ke daratan.
Rasa dingin sehabis mandi laut serta rasa lelah yang membuat kami mulai diam
dan tiduran sambil memandang langit berbintang. Saat itu hanya kapal kami yang
bergerak perlahan menuju pelabuhan yang terlihat sangat ramai di penuhi lampu
lampu kapal yang merapat. Jam 10 an kami berhasil merapat dengan selamat
kembali di pulau flores.
Minggu, 5 april 2015
Hari ini kami memutuskan untuk menginap di hotel disekitar
pelabuhhan untuk menikmati wisata manggarai lainnya. Berhubung cuaca yang tak
terlalu cerah membuat kami betah tinggal di kamar sehingga baru setelah zuhur
kami berangkat dengan sebuah angkot menuju gua batu cermin. Setelah sampai di
sana kami tidak bisa melihat pantulan staglaktit dan stalakmit nya karena
matahari sedang tak bersahabat. Jika matahari bersinar terik, maka gua yang
kami masuki akan dipenuhi oleh cahaya yang saling memantul di batu batu Kristal
tersebut.
|
Bukit Cinta |
Gua nya yang cukup sempit kadang membut kepala kita terantuk antuk
oleh batu gua, untungnya kita sudah disediakan helm proyek. Kemudian kami
melanjutkan perjalanan menuju bukit cinta.
|
Labuan Bajo |
Butuh tenaga ekstra untuk mendaki
bukit yang lumayan terjal ini. Tetapi setelah kita sampai di puncaknya kita
segera disuguhi keindahan Labuan baju dan beberapa pulau yang dihubungi oleh
laut yang selalu mempesona buat da pandangi sembari mengirimkan sinyal penenang
ke dalam otak.
Malam mulai menghadirkan kota yang dipenuhi oleh bule bule
yang sedang memilih makanan laut yang masih segar segar di sepanjang pelabuhan
yang menjajakan berbagai macam pondok jajanan malam pinggir jalan. kami pun
segera berburu wisata kuliner sea food yang menggugah selera. Da dengan mantap
memesan udang bakar, yang lainnya memasan cumi serta ikan bakar yang cukup
besar. Kita bisa memilih makanan laut tersebut yang kita inginan untuk dibakar
oleh penjual. Sehingga cukup memakan waktu menunggu pesanan kita selasai
diproses. Ketika kami akan berfoto bersama, seorang bule yang mau duduk di
dekat meja kami menawarkan diri untuk memoto kami yang kemudian kami anggukan
bersama. Ada juga bule yang sendirian, yang lagi hamil, bahkan ada yang
terlihat nyinyir memilih dan menawar ikan ikan yang akan disantapnya. Malam ini
kami merasakan kebahagian.
Senin, 6 april 2015
|
Bandara Komodo |
Hotel yang sangat dekat dengan laut membuat mandi kami tidak
sesegar biasanya. Setelah semua siap berkemas, kami menuju bandara komodo yang
sebelumnya kami sempatkan untuk pamit di rumah makan Setia Baru tempat pertama
kami mengadu di kota ini. Takut tertinggal pesawat kami segera menuju bandara
dengan angkot. Menunggu cukup lama kami
pun mendengar pengumuman bahwa pesawat menuju kupang yang transit di
ende di delay karena cuaca yang tak
bersahabat. Pesawat yang akan kami tumpangi masih berada di udara denpasar
menuju Labuan bajo. Kami yang jarang naik pesawat merasa exited mendengar kabar delay
karena untuk pertama kalinya merasakan delay
dalam perjalanan pesawat.
|
Komodo Airport |
|
Delay dapat snackbox |
Cuaca memang terlihat mendung dan bandara terlihat penuh oleh
penumpang yang semakin banyak menunggu. Anak anak mulai tertidur satu persatu.
Tiba tiba pinta yang berbadan besar yang tidur di bagian belakang ruang tunggu
ngorok sampai suaranya terdengar cukup keras. Sontak kami yang berada
disekitarnya tertawa riuh sehingga sesaat kami menjadi pusat perhatian teralih
dari bule bule yang berpasangan yang sedang melakukan adengan adegan dramatis
melewati delay pertama ini. Pesawat
kami sudah mendarat di landasan bandara komodo dan kami pun satu persatu
bergerak naik. Hujan turun cukup lebat dan kami disediakan payung satu persatu
menuju pesawat lion tersebut. Ketika pesawat akan take off, kami saling memandang satu sama lain karena hujan
menggucang pesawat cukup hebat. Imam, anak ortu angkat kami di ende mulai
terlihat cemas karena pesawat terasa bergoncang menyambut hujan yang turun.
Mendarat dengan selamat setelah perjalanan yang cukup
mengguncang hati, kami disambut oleh pak an di bandara ende. Tak taunya pak an
sudah merental mobil untuk kami pulang dari Bandar menuju rumah yang tak
memakan waktu 5 menit membuat perjalan kali ini benar benar terasa exlusif.
Sampai dirumah kami hanya tertawa mencoba mencairkan suasana rumah yang terasa
sedikit tegang. Dan melupakan pembahasan tentang perjalanan kali ini yang
terdapat beberapa arah yang berbeda. Kali ini da masih bahagia.