Berhubung kota kupang panas da
mandi menumpang lagi jam 3 an dini hari karena kami harus sudah siap-siap
berangkat menuju bandara pukul 4 untuk chek in segera. Barang bawaan yang
banyak plus jumlah kami yang tidak sedikit membutuhkan waktu ekstra untuk
segala urusan.
Early Morning at Eltari Airport |
Pesawat kali ini akan membawa
kami menuju Jakarta dan transit di Surabaya membutuhkan waktu sekitar 5 jam.
Pesawat kali ini ukuran yang lebih besar dan dilengkapi dengan tv mini di
masing masing bangku penumpang. Da duduk di tengah trus disebelah jalan ada
fir’aun sedangkan sebelah jendela ada seseorang yang da taksir berumur 32 an ( kita
sebut saja mas pram,, dia orang jawa mungkin,, hihi ,,). Tentunya da yang
jarang-jarang naik pesawat trus ada tivinya membuat tangan usil. Awalnya da
rada jaim gitu, tapi fir’aun mulai pencet2 layar touchscreen tersebut. da pun
mulai memencet2 yang awalnya kami kesusahan untuk mengerti alur penggunaanya.
Mas pram masih sibuk membolak
balik Koran yang dibawanya serta majalah yang tersedia di bangku penumpang.
Setelah pesawat mengudara mulai dia beraksi. Dia mengambil sesuatu di dalam
kantong bangku pesawat. Dia buka plastiknya yang ternayata isinya headset terus
di colok in ke bangkunya di tempat sandaran lengan. Melihat mas pram melakukan
hal tersebut da dan fir’aun pun mulai melakukan hal yang sama. (dalam hatinya
mas pram bilang ‘’ nih anak disamping gw katrok banget ya,,) yup ,,, da sempat
malu sesaat di dalam hati ,,,
Fir’aun dan mas pram da lihat
mendengarkan music terlihat dari layar mereka masing2 sedangkan da memilih
menonton film “cinta selamanya” yang dimainkan pasangan atiqah hasiolan sama
rio dewanto.
Penerbangan pagi ini kami di
hadapkan pada pilihan menu antara nasi goreng dengan omelet. Berhubung da
berada di bagian middle sehingga da tidak lagi bisa memilih karena nasi
gorengnya sudah laku habis oleh penumpang yang di depan. Mas pram pun mulai
membuka meja yang biasanya ada di bangku penumpang. Ternyata meja kecilnya
tidak bisa dibuka kemudian dia mulai mengeluarkan meja lipat yang ada di dalam
sandaran lengan kita. Da yang belum pernah mengalami yang berhubungan dengan
meja lipat dengan agak jaim nya malah mencoba membuka meja yang ada di bangku
penumpang yang keras dan ga mau dibuka. Tiba-tiba mas pram nya mulai angkat
suara yang mengisayaratkan kepada da untuk membuka meja lipatnya. Da lupa sich
kata-kata persisnya, yang jelas beliau mengajarkan da dengan data datar dan
tidak ada kesan memperolok da tentang kamseupaynya
da dengan fasilatas pesawat yang satu ini. Tapi tetap saja, da merasa sediki
malu atas ketidaktahuan da. Da ketawa geli di dalam hati , hha .
Untungnya makanan yang ditawarkan
pertama sekali buat penumpang yang ditepi jendela sehingga da bisa mencontoh
apa yang dilakukan mas pram dan fir’aun setidaknya selamat atas keberadaan da
yang sebelum dia (atau dia emang tau, da juga ga tau sich,, kayak nya engggak
deh,,). Kemudian da meminta jus apel dan memulai makan omelet yang diberikan.
Menurut da rasanya enak koq, ada sosisnya juga dan lumayan lah untuk menganjal
perut pagi flores da. Terus ada agar2 sebagai pencuci mulutnya. Terakhir da
rapikan box nya sembari menyimpan segala jenis tisu basahnya yang berlogo
pesawat garudanya yang sampai saat ini belum da gunakan, hha.
Tiba-tiba da kebelet mau buang
air kecil sementara da lihat antrian toilet masih ada 3 orang lagi. Ternyata
antriannya tidak berkurang sehingga memaksa da ikut antrian juga. Da lihat
sebelumnya para pramugarinya jalan sembari memegan bangku penumpang dan da
melakukan juga hal tersebut setiap langkah da menuju ekor pesawat. Akhirnya da
pun masuk kedalam toiletnya yang pas dibuat sedemikian rupa kompleknya untuk
satu orang. Da tidak punya waktu untuk mematut matut kondisi fisik toiletnya
karena orang juga masih banyak mengantri. Setelah menyelesaikan pembuangan air
seni da memencet tombol untuk membersihkan urine yang di toilet, ga taunya
tombol tersebut otomatis membuka pintu toilet, padahal da belum membersihkan alat
reproduksi tersebut apalagi mengancingkan celana da. Suara pintu yang mendadak
terbuka membuat da tersadar untuk cepat2 merapikan diri. Untungnya para antrian
tidak ada yang tepat di depan pintunya karena gang nya yang sempit tempat lalu
lalangnya para pramugari. Da kembali berjalan ke tempat duduk dengan menempel
tangan ke bangku penumpang untuk tetap menjaga keseimbangan.
Perjalanan dua jam dari kupang
mengharuskan pesawat transit di Surabaya. Mas pram turun kemudian da berharap
tidak ada penumpang yang naik dan duduk di tempatnya biar da bisa pindah duduk
ke tepi jendela. Do’a da tepatnya belum terkabul ketika seorang pria yang lebih
tua dari mas pram menduduki kursi tersebut. fir’aun langsung tertawa mengolok
keinginan da sebelumnya. Bapak yang satu ini ga usah dikasih nama ya, karena da
tidak ada terlibat interaksi berhubung da sudah sedikit mengertilah dengan tata
cara mempergunakan fasilitas yang ada dengan cukup baik. Penerbangan menuju
Jakarta memakan waktu 2 jam juga dan tidak ada hal istimewa yang terjadi dimana
tubuh mulai terasa pegal juga sudah kelamaan duduk di bangku pesawat.
Ruang tunggu bandara el tari kupang |
0 komentar:
Posting Komentar