18 Januari 2017

Published Januari 18, 2017 by with 0 comment

Dedu Flores Nusa Tenggara Timur




TERIMA KASIH DEDU
Nusa Tenggara Timur
Mungkin Tuhan telah menuliskan jalan takdir saya, salah satunya adalah takdir untuk bertemu kalian, saya sangat percaya akan hal itu dan juga sangat menikmatinya. Tetaplah berjalan anak-anakku, karena saat ini di hadapan kalian hanya ada satu jalan. Walaupun tanpa alas kaki untuk melangkah,walaupun tidak ada uang untuk melepas dahaga,walaupun yang kalian pakai hanyalah seragam bekas, walaupun kalian harus akrab dengan tamparan dan pukulan
Memang berat, tapi Bapak yakin di ujung jalan itu ada banyak jalan yang lebih baik yang dapat kalian pilih, maka berusahalah!
            Aku ditempatkan di SD Katolik Dedu, Kecamatan Ndona,kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur. Disinilah aku memulai kehidupan yang baru berbagi ilmu bersama siswa-siswa kecilku dan seluruh masyarakat Desa Dedu. Aku tinggal bersama keluarga kepala sekolah bapak Leonardus Kapa.
Bapak ingat ketika menghukum kalian untuk hormat bendera selama 20 menit karena tidak tertib selama upacara bendera. Setelah menyelesaikan hukuman, kalian menghampiri Bapak dan langsung berlutut.
“Kenapa kalian berlutut? Cepat masuk kelas!”
“Bapak tidak mau pukul atau tampar kami kah?” jawab salah satu murid.
Pertanyaan yang membuat saya membayangkan betapa kalian sangat akrab dengan lingkungan belajar yang keras selama ini.
Sabar ya, jangan patah semangat, jika kalian lebih disiplin semuanya akan selesai.
Saat menjelang Ujian Akhir Sekolah, disitu Bapak dapat melihat jelas apa itu arti semangat. Belajar malam adalah menu tambahan untuk bekal ujian kalian, padahal seharusnya itu adalah waktu kalian untuk beristirahat atau sekedar memanjakan diri dengan orang tua. Namun, kalian harus berjalan jauh kerumah Bapak untuk belajar. Bapak tahu kalian letih karena ada kebun yang selalu menunggu kalian untuk dikunjungi seusai bersekolah.
Bapak tahu kalian harus berjalan jauh ke rumah Bapak berteman dengan gelap

Jangan takut letih .... Jangan takut gelap ...... Tetaplah belajar!

Kalian harus yakin, letih itu akan terbayar suatu saat nanti. Kalian harus yakin, kalian dapat mengubah gelap itu menjadi terang suatu saat nanti. Tidak selamanya saya lebih baik dari kalian, banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan selama bersama kalian.
Saya belajar apa itu kesederhanaan
Saya belajar apa itu toleransi
Saya belajar apa itu ketulusan
Saya belajar apa itu kasih sayang
Ya, selama 1 tahun ini saya lebih membuka mata tentang hal-hal yang seharusnya sudah saya mengerti dari dulu, itu berkat kalian. Tidak ada waktu yang lebih berharga selain saat makan bersama dengan keluarga, setelah seharian memeras keringat. Memang mungkin hanya dengan nasi bercampur jagung ataupun ubi, lombok untuk menambah rasa, sayur daun paku yang kita cari di tepi sungai, dan sedikit lauk jika ada, namun semua itu cukup untuk menutup hari dengan senyum kebahagiaan.
Saya adalah kaum minoritas disini, pedatang dengan budaya yang berbeda dan kepercayaan yang berbeda. Namun, mereka sangat-sangatlah paham akan hal itu.
“Pak Guru, besok tolong bantu dekorasi gereja ya!”
“Ini sudah jam 6, Pak Guru pergi sholat dulu nanti baru balik kesini lagi bantu kami.”
“Pak Guru sudah dulu mengajarnya, siap-siap turun kota Sholat Jumat dulu.”
Orang-orang disini mengajarkan saya akan arti toleransi yang begitu besar, mereka mengesampingkan perbedaan demi sebuah persaudaraan.
Saya dapat merasakan ketulusan kalian, kalian membuat saya merasakan tempat ini adalah rumah saya juga. Semua yang kalian punya selalu kalian tawarkan saat saya berkunjung kerumah, kalian juga selalu menawarkan bantuan sesuatu yang kalian miliki.
“Bapak, besok pergi kebun ya, kita makan kelapa.”
“Bapak, sebentar sore kita petik durian.”
“Bapak, singgah rumah sebentar, kita minum kopi dulu sama makan ubi.”
“Bapak, ini ada pisang, biar Bapak bawa ke rumah e.”
Walaupun mungkin itu kecil, namun ketulusan yang kalian berikan sangatlah berharga.
Saat itu, ada kabar untuk mama agar segera mengirim uang guna membayar kuliah anaknya, padahal uang yang ia pegang belumlah cukup.
“Iya tenang saja, mama sudah ada uang untuk bayar kuliah, segera mama akan kirim, dijaga belajarnya dan kesehatannya di sana ya.”
Mama tidak mau anaknya tahu jika ia belum memiliki cukup uang, ia tidak mau membuat anaknya kecewa. Di hari tepat setelah mendengar kabar ari anaknya, mama langsung menyibukkan diri memecah kemiri. Ia sampai lupa kalau tidak ada matahari lagi di luar rumah. Pagi harinya, saya sudah melihat 1 karung penuh terisi kemiri dan 1 karung yang terisi setengahnya saja.
“Pak Guru, bisa tolong antar mama jual kemiri ke pasar?”
Saya membonceng mama dengan 2 karung kemiri yang saya taruh di bagian depan motor. Mama mendapatkan uang Rp 786.000,00 untuk 2 karung kemiri yang ia jual.
Semua uang itu langsung mama kirim kepada anaknya dengan ditambah sedikit uang yang ia punya. “Anak, mama sudah kirim uangnya,coba dicek dulu!Dijaga belajarnya dan kesehatannya di sana ya.”
Setelah memberikan kabar kepada anaknya tampaklah suatu kelegaan dalam senyuman kecil mama.
 Juga saat saya terbangun dari tidur di tengah malam dan hendak ke kamar mandi, saya melihat mama masih sibuk dengan tumbukan kopinya sambil menunggu gorengan teri di sebelahnya.
“Untuk apa Ma, sudah malam begini belum istirahat juga?”
“Hehe, ini Pak Guru, mama ada tumbuk kopi sama goreng teri untuk kirim anak di Surabaya, mereka suka sekali kopi sama teri ini.”
Entah kenapa air mata saya keluar, mungkin karena rindu, atau mungkin karena saya menjadi tahu dengan jelas perjuangan orang tua untuk membuat anaknya senang.
Kadang mereka lupa akan umur mereka yang sudah renta, mereka juga lupa akan rasa letih, mereka juga mengabaikan rasa malu, semua itu hanya demi membahagiakan anaknya.
Terima kasih telah mengajarkan saya besarnya kasih sayang orang tua kepada anaknya.
Kesempatan seperti ini tidak akan bisa dibeli. Di Kampung Dedu, tempat yang begitu sederhana ini saya mengenal banyak hal, arti perjuangan, arti besar sebuah senyuman yang begitu sederhana dan arti kebersamaan bersama kalian tanpa terpaku status sosial.  Terimakasih semua, kalian telah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya, dan dari kalian saya bisa belajar akan kehidupan.
Secuil kenangan bersama kalian pasti sangat sulit dilupakan, kebersamaan bersama kalianlah yang akan selalu terkenang. Disini saya pernah singgah, dan semoga saya tetap selalu ada di hati kalian.
Sampai jumpa lagi Dedu.


RIKY VORERA, S.Pd (201431113)
SM-3T UNP Angkatan IV
Dedu, Ndona, Ende, NTT


    email this

0 komentar:

Posting Komentar