Saya
mendapat penempatan di sebuah pesantren yang setingkat SMP dan SMA. Saat saya
datang pertama kali ke sekolah tersebut saya dikerumini oleh siswa-siwa yang
hanya memakai sarung kesekolah, tidak menggunakan sandal serta tidak jarang
yang saya temui yang tidak mandi kesekolah. Hal ini sangat berbeda dengan
keadaan biasanya yang ada dikampung asal mengajar sebelumnya. Siswa-siswa pesantren yang tinggal di asrama
di batasi untuk berkomunikasi dengan dunia luar dimana mereka hanya boleh
berkomunikasi denga surat yang terlebih dahulu diberikan terlebih dahulu kepada
gurunya.
Sekolah
ini dipimpin oleh seorang buya dan semu guru yang berada di wilayah ini tidak
ada yang berstatus PNS. Mereka mengajar pun bermodalkan ijazah paket C.
Sebenarnya sekolah ini sudah milik pemerintah, tetapi karena sekolah berada di
tanah pemilik sekolah, maka buya nya tidak mau menjadikannya negeri karena
nantinya tidak bisa dia kendalikan dengan tangan penuh. Sekolah paginya
dijarkan dengan pelajaran agama dari pagi sampai zuhue sedangkan siangnya dari
jam 2 sampai jam barulah jadwal untuk
pelajaran umum. Maka saya sendiri hanya dapat jatah mengajar fisika 2 jam
setiap minggunya. Jiwa fisika saya
selama di sekoolah ini kurang tercurahkan karena jam mengajar yang sedikit,
padahal saya sangat ingin berbagi ilmu yang saya pelajari selama tahun di jenjang S1.
Ketika
keinginan saya untuk membawa siswa saya lomba fiika antar sekolah atau pada
tingkat yang lebih tingginya, sering bahkan selalu tidak mendapat dukungan dari
kepala sekolahnya yang dipanggil buya tersebut. masih jauh pemikirannya akan
perbedaan antara ilmu agama dengan ilmu umum. Padahal ilmu agama dan fisika itu
sendiri sejalan jika mereka mengerti dang menganalisisnya. Padahla siswa-siswa
saya tersebut sangat ingin untuk mengikuti lomba lomba yang diadakan. Selain itu perpustakaan yang ada minim dengan
buku-buku ilmu yang bersifat umum, lebih banyak buku –bku agama, buku
pernikahan, sehingga siswa-siswa saya merasa kehausan dengan ilmu fisika yang
saya ajarkan. Hal ini menantang saya untul lebih semangat mengajarkan mereka.
0 komentar:
Posting Komentar