7 Januari 2016

Published Januari 07, 2016 by with 0 comment

Mengunjungi Rumah Kepala Sekolah di Kecamatan Kelimutu pada Minggu Awal Kedatangan di Bumi Flores



Kelimutu



Pagi Kelimutu Berkabut















Kamis pagi.

Da, tina, bang dika dan eci menumpang angkot yang sudah disewa oleh bang ade viola untuk terlebih dahulu menuju terminal timur Roweroke. Da dan tina kemudian naik bis jurusan wolowaru sedangkan bang dika dan eci naik bus yang lain menuju watuneso. Sembari menunggu penumpang kami berbicara dengan mama-mama yang berada di atas bis. Mereka bilang kepada kami untuk tidak takut karena orang flores walau omongannya keras-keras tapi mempunyai hati yang baik. Hal ini sedikit mengobati rasa takut di hati. Bis perlahan melaju membelah bumi flores melewati pegunungan, lembah yang terjal, jurang yang dalam di sepanjang KM 17. Sesekali bis terhenti karena adanya proyek pembangunan jalan. Hutannya yang tak begitu lebat membuat angin bertiup sangat kencang, menandakan musim kemarau sedang berlangsung di negeri ini.

Bapak Tibo Agustinus
Bis yang kami tumpangi pun berhenti di pasar Moni sekitar pukul 11 siang. Kami sudah berpesan kepada mama-mama yang mengajak kami mengobrol tadi untuk turun pemberhentian ini. Ternyata bapak Agus sudah menunggu di persimpangan jalan. Beliau langsung menyuruh tina untuk naik ojek sedangkan da berjalan kaki sekitar 500 meter memasuki jalan setapak menuju rumah kediamannya. Telinga da berdenging menyambut suasana moni yang cukup mencekam, sepi. Sepanjang jalan da melihat babi-babi peliharaan, anjing berkeliaran bebas seperti layaknya ayam-ayam di ranah minang dan orang -orang dengan wajah lokal yang masih terlihat asing membalas senyum da sesekali. hati ini mulai berbicara sendiri, bergumul dengan berbagai pergolakan yang akan banyak dihadapi.

Kak Pin dan da yang duduk bersama krisna anaknya



Tak lama kami pun sampai di rumah bapak agus yang disambut oleh seorang perempuan berambut pendek sebahu, boleh dibilang berkulit hitam, rambutnya yang keriting ala-ala negroid. Kak pin, menantu beliau yang menggendong salah satu anaknya yang hitam mungil. Sistem patrilineal yang mereka anut mengharuskan perempuan ini tinggal di rumah suaminya setelah mereka menikah. Kevin anak pertamanya yang sudah duduk di bangku TK kemudian trisna dan krisna adalah sepasang kembar perempuan yang baru berumur sekitar dua tahunan. Tak lupa pula kami disambut gonggongan anjing yang mengibas-ngibaskan ekornya kesana-sini sembari berkeliaran di dalam rumahnya. 


Di depan rumah pak agus

Rumah riuh oleh gongongan anjing seolah ikut sibuk menyambut kedatangan kami berdua. Da masih berusaha beradaptasi dengan kondisi sekitar dimana telinga da masih berdenging mengunjungi kediaman bapak Tibo Agustinus yang manjadi kepala sekolah di tempat da akan mengajar nantinya. Rumah beliau terdiri atas 5 kamar yang disekat dengan bamboo- bamboo yang dianyam, satu buah dapur, kamar mandi yang terpisah dengan rumah utama serta ruang tamu. Di ruang tamu ada sebuah lemari kaca yang berisikan beberapa kebutuhan pokok yang dijual ke tetangga sekitar seperti mie instant, gula, deterjen, sabun, gula dsb.

Setelah duduk beberapa saat kami dihidangkan bubur kacang hijau yang dicampur dengan ubi kayu. Melihat tekstur dan wadah penyajiannnya membuat da sedikit sanksi akan kehalalannya. Pertama da merasa illfeel tetapi demi menghargai tuan rumah, terpaksa bubur tersebut ditelan perlahan-lahan. Selama kami makan, anjingnya yang diberi nama “happy” berkeliaran di kaki-kaki kami, entah apa yang ingin da sebut. Ingin rasanya memuntahkan apa yang sudah dimulut, tapi da mengingat lagi, inilah hidup yang akan da perjuangkan satu tahun kedepan. Dan da berdoa di dalam hati agar diberi kekuatan untuk melalui ini agar bisa beradaptasi dengan masyarakat flores yang notabene beragama khatolik.
Bersama anak-anak Kelimutu


Read More
    email this

4 Januari 2016

Published Januari 04, 2016 by with 0 comment

Move on itu gampag koq ,,, tapi memang pahit buat melaluinya.





Ketika kau mencintai seseorang dan orang tersebut tidak membalasnya dengan baik tentunya ada rasa sakit dihatimu terlebih kau melihatnya bersama orang lain danmenganggapmu hanya sebagai teman biasa saja. Sebagai teman kau harus selalu melihatnya disekitarmu dan membuat sakit hatimu semakin bertamabah melihatnya terus bersama orang lain. Tentuna rasa sakit itu sangat melelhkan dan ingin kau buang jauh jauh.

Ketika kau sudah melupakannnya untuk tahun tahun berikunya, dank au sudah mengisi kesibukan dengan orang orang baru. Rasa sakit akan cemburu mu sudah menghilang walaupun kau belum bisa menemukan penggantinya atau masih susah untuk menemukan orang seperti dia bahkan yang lebih baik meneurutmu. Kau sudah bahagia dengan kehidupan sekaang dan tiba tiba,,,

Dia datang kembali ke kehiidupan mu dan tetap sebagi seorang teman. Untuk sesaat kau harus tetap melihatnnya lagi idsekitarmu, sesekali dia seolah memberimu harapan. Rasa itu datang lagi terlebih dia dengan kesendiriannya. Berhari hari kamupun merasa tarik ulur dengan kebaikan yang tercipta sesaat yang lagi lagi hanya kau yang menganggapnya berbeda. Namun, dia tetap tak menganggapmu, bahkan terkesan sedikit muak dengan sikap sok akrabmu. Dia pun kembali bersikap seolah olah menciptakan jarak yang menyatakan kita hanya teman biasa. Dan kau kembali tersadar akan cinta sepihak ini. Dan dengan senidirinya kau pun kembali menjaga jarak agar rasa rasa sakit yang dulu pernah buatmu sangat terluka tak kembali menyiksa hatimu. 


Terima kasih untuk kebahagian yang pernah kau ciptakan disekitarku. Terimakasih juga member sikap yang jelas untukku. Tapi , tolong,,, jangan lagi bersikap berlebihan disekitarku karena sejatinya kau mengetahui tentang hati ini. Buatlah sikap menjaga jarak mu selalu. Karena kau bisa dengan tegas melakukannya. Tidak dengan aku yang dengan mudah goyah dengan sedikit saja senyummu. Mari saling menjaga jarak. Mari berteman saja untuk teman yang hanya kau kenal sesaat di bangku es de yang sangat mudah kau lupakan dan hanya sesekali teringat tanpa sadar ketika bertemu lalu kembali hilang dan pergi.
Read More
    email this

29 Desember 2015

Published Desember 29, 2015 by with 0 comment

Pantai KOKA - Kabupaten SIKKA



Beach of Koka


Hanya beberapa orang yang tersisa di basecamp setelah acara peringatan sumpah pemuda. Kami sudah berencana dari kemaren akan menegunjungi pantai koka yang terletak di kabupaten sikka tepatnya di paga. Jadwal yang semula di sepakati jam  3 dini hari untuk melihat sunrise berujung pada kenyataan berangkat hampir mau jam enam pagi. Dengan beranggotakan delapan orang dan menggunakan  4 buah motor kami mulai beriringan menuju lokasi. Sempat singgah di atm bri cabang wolowaru dan mengunjungi anak sm3t wolowaru yang juga sedang berkumpul bersama smt kecamatan mereka. Kami kembali melakukan perjalanan dengan membeli beberapa makanan kecil di toko sekitar wolowaru.
Kabupaten ende berakhir di kecamatan lio timur yang berbatasan langsung dengan paga kabupaten sikka. Jalan yang sebelumnya berkelok kelok di kabupaten ende berubah menjadi lurus ketika sudah memasuki pesisir paga. Tidak jauh dari batas kabupaten kami menemukan plank merk yang kurang menarik bertuliskankan pantai koka -+2km. Tetapi kami memutuskan untuk tetap lurus terlebih dahulu melihat patung yesus yang berukuran raksasa beberapa kilometer lagi kedepan.
Kecamatan Paga
Di sebuah bukit kami bisa melihat patung tersebut berdiri dengan tangn yang membentang menghadap ke laut selatan Indonesia. Sedikit menaiki perbukitan kami mendekati patung tersebut dan langsung mengabadikan moment.

Sekitar setengah jam kami memutuskan untuk turun dan mulai menuju pantai koka. Ketika sudah memasuki cabang, jalan yang dilalui belum beraspal  masih tanah dan bebatuan. Merasa tidak sabar untuk melihat pantai yang katanya indah tersebut perjalanan  2 km terasa sangat jauh. Setelah memarkir motor kami mulai memasuki areal pantai yang masih sepi dan sunyi pengunjung. Wow, da mulai menginjakan kaki di pasir putihnya yang menawan sembari memandang hamparan laut lepas yang biru dan debur ombak yang menetramkan fikiran. Serasa memiliki pulai pribadi dengan pantai yang begitu indah karena hanya kami yang ada di pantai tersebut.
Makan di pantai
Terlebih dahulu kami memakan bekal yang di bawa tadi sebelum mandi mandi di beningnya laut pantai koka. Satu persatu mulai berlarian menyeburkan diri ke lautan dan menghempas bersama ombak yang menggulung. Pantai yang sunggguh indah ini terdiri atas dua bagian yang di pisahkan oleh pulau kecil ditengahnya. Jadi sekarang kami berada disi kiri nya masih bermain dengan ombak yang menggulung indah. Ini menjadi peristiwa pertama bagi da mandi air laut, sebelumnya da hanya berani bermain main di pinggir pantai.
At first time mandi laut
Tapi kali ini da tidak sadar diri sudah lebih dari 2 jam an menikmati keindahan air laut dan pantai putihnya. Kemudian da mendaki pulau kecil yang ditengah bersama beberapa orang karena memang tidak ada jalan khusus dan kami hanya mengandalkan kemampuan memanjat tebing yang seadanya.

Cuaca yang cukup panas dan ekstrim memaksa kami untuk turun segera padahal pemandangan di atas sana menggambarkan warna laut dengan gradasinya yang luar biasa memukau mata. Orang orang mulai berdatangan dan meramikan pantai dan kami mulai bergerak ke sisi pantai yang satunya lagi ke sebelah kiri. Tapi terlebih dahulu kami mengisi perut yang lapar dengan pop mie yang dijual para pedagang disekitar pantai. Kami pun kembali bermain dengan air lautnya di sisi kanan pantai.
Pantai Koka dari atas tebing
Tak terasa hari sudah menunjukan pukul  tiga sore. Ketika da mengecek tas, da tidak menumukan hp Samsung dan entah dimana hilangnya. Terakhir da menggunakannya saat di bri wolowaru, tapi entahlah dimana hilangnya. Da hanya mengikhlaskan dan melanjutkan perjalanan pulang ke basecamp sore itu.

Read More
    email this

24 Desember 2015

Published Desember 24, 2015 by with 0 comment

Perjalanan Panjang Menyusuri Kabupaten ENDE : Moni _ Wolojita _ Pora _ Nggella and back to Wolowaru

Tenun Pora


Pagi pagi da sudah disuruh siap siap oleh pak Agus untuk memasang LCD di ruang seba Guna SMP Katolik Moni. Sebelum rapat dimulai da diminta tolong membunuh ayam 12 ekor menggunakan parang yang tajam dan panjang. Lagi lagi mereka meminta da untuk menampung darahnya. Saking tajamnya parang yang da gunakan ada satu ekor ayam yang langsung putus oleh da leher ayam tersebut. Astagfirullah, tangan da gemetar untuk sesaat karena menjadi orang yang paling kejam sedunia.
bunuh ayam yang ga sengaja sampai putus lehernya

Da ditunjuk untuk mengoperasikan computer ketika rapat pendirian SMK N kelimutu bersama Kabid SMK Dinas PPO Kabupaten Ende. Cukup lama da menunggu di ruangan tersebut karena rapat baru dimulai sekitar jam 9 setelah para undangan mulai berdatangan. Bapak kabid menyuruh da memutarkan video rancangan gedung SMK yang akan dibangun nantinya. Video berdurasi 20 menit tersebut memvisualisasikan berbagai ruangan smk dari berbagai sisi. Jika ini benar benar terealisasi maka smk ini menjadi sekolah dengan gedung paling megah di kabupaten ende ini. 

Pertama tama bapak kabid diminta memberikan penngarahan terlebih dahulu karena beliau akan menghadiri acara selanjutnya selepas zuhur di tempat yang berbeda sehinggga beliau izin terlebih dahulu dan tidak bisa mengikuti rapat sampai selesai. Pihak sekolah meminta bapak kabid untuk makan sebelum pergi, ternyata beliau tidak makan daging ayam yang da bunuh tadi. Para guru jadi sibuk menghidangkan menu makanan lain yang dirasa halal berhubung beliau muslim. Rapat dilanjutkan kembali ketika pak kabid sudah meninggalkan moni dan para undangan juga sudah mencicipi ubi rebus yang dimakan bersama goreng ikan teri balado. Rapat yang berlangsung terasa bertele tele bagi da, bikin ngantuk dan da pun keluar ruangan berjalan jalan di keliliing sekolah.

Terlalu lama da diluar da pun kembali masuk takut takut pak agus memarahi da kaarena alasan tertentu. Hari sudah menunjukan pukul 3 sore dan para undangan sudah mulai gelisah karena lapar. Para ibu ibu mulai mengatur makanan di meja paling belakang. Da pun mencium babi babi bercampur kecap dan aroma aroma lainnya yang membuat da tak berselera makan. Rapat kembali dihentikan untuk makan bersama secara prasmanan. Da pun keluar ruangan karena ingin muntah mencium aroma yang tidak biasanya ini. Da merasa ragu untuk makan bersama karena panitia tidak mengarahkan kepada da menu yang halal. Entah dimana ayam ayam yang da bunuh tadi, apakah mereka campur bersama daging babi tersebut. Biarlah rasa lapar ini da tahan untuk sesaat daripada harus memakan sajian yang membuat da ragu.

Rapat berlangsung lagi setelah makan yang membuat da semakin dongkol. Pembawa acara nya sangat tak kompeten karena ketika menutup acara beliau masih meminta partanyaan kepada undangan. Maka bertambah banyak pula orang yang menunjuk tangan dan bertanya. Bapak camat moni yang sudah berdiri sejak tadi segera memotong pembicaraan dan menegaskan untuk segera pulang. Da pun bernafas lega karena pak camat moni segera mengambil sikap sehinngga rapat ini tidak semakin bertele tele membahas hal hal yang da rasa tak penting.  Da segera membereskan computer dan kabel di dalam ruangan dan pulang kerumah pak agus bersama pak ito. Sementara pak agus masih sibuk berbincang dengan beberapa orang di halaman sekolah.
Sesampainya di rumah pak agus da langsung meminta izin kepada pak ito untuk mengunjungi teman da di wolojita. Da kembali berjalan kaki menuju jalan utama dan bergerak ke arah bawah. Da melihat orang muslim jawa yang berjualan bakso dan memutuskan mengisi perut da yang sudah sangat kelaparan. Bang dika menunggu da di wolowaru agar bisa berangkat bersama menuju wolojita. Di KM 17 mobil sedang antrian karena jalan yang sedang diperbaiki sehingga ketika jalan tersebut dibuka setengah enam, bisa jaadi mobil yang membawa da ke wolowaru akan lewat di moni sekitar jam setengah 7 malam. Akhirnya bang dika dengan sedikit terpaksa menjemput da ke moni dan dari moni bergerak bersama menuju wolojita. Menempuh perjalanan sekitar satu jam kami sampai di tempat firman dan segera menunaikan sholat maghrib. Dengan tekad yang membaja bang dika mengajak da untuuk menginap di pora saja walaupun hari sudah malam. Kami asyik bercerita untuk membunuh kebisuan sepanjang jalan yang melewati hutan belantara. 

Kami menempuh perjalanan sekitar setengan jam untuk sampai di pora penempatan dhani yang mengajaar bahasa inggris di smp pancasila pora. Firman tidak bisa ikut malam ini karena dia ingin menyelesaikan beberapa pekerjaannya dan akan menyusul esok pagi saja. Dhani sedang ada pekerjaan di rumah orang minang satu satunya di pora asal batusangkar. Tujuan kami menyegerakan kesini daripada berdiam di tempat firman karena perut yang kelaparan. Di tempat firman kami disuruh memasak dulu agar bisa menyuap nasi sedangkan disini kami dihidangkan  yang pastinya tinggal disantap. Terlebih lagi menu malam ini benar benar ala minang banget yaitu rendang dan ayam balado. 



Da pertama kalinya mengunjungi pora dan bertemu orang minang di pelosok negeri ini. Ternyata beliau mempunyai suku yang sama dengan da sehingga menyuruh da untuk memanggil ‘mamak’ kepada bapak tersebut. Beliau banyak bercerita tentang perjalanan hidupnya yang sudah lebih 30 tahun merantau meningggalkan minangkabau. Belum seberapa dengan kami yang masih 9 bulan sudah sangat merindukan kampung halaman. Setelah menyelesaikaan pekerjaan nya kami pulang bertiga dengan motor menuju rumah tempat tinggal dhani sekitar jam 11 malam yang berjarak 3-5 menit. Kami pun segera meringkuk menyatu dengan malam.



mesjid pora
Da terbangun ketika azan subuh berkumandang sangat dekat menggema di telinga. Tempat tinggal dhani bersebelahan dengan sebuah mushalla sehingga da memutuskan untuk ikut sholat berjaman di mushalla. Berhubung muslim pora sangat minim sehingga sholat subuh berjamaah pertama da di negeri ende hanya dengan dua orang makmum. Setelah sholat subuh da pun sempat berbincang dengan imam subuh pagi ini.
goro mesjid menyambut ramadhan
Beliau bercerita tentang bagaimana rasanya sedikit diberi kebebasan untuk menjalankan perintah agama. Sekolah yang ada semuanya beraliran khatolik sehingga siswa muslim kadang tidak diberi kesempatan untuk sholat zuhur berjamaah setelah diminta oleh pak ustaz yang ternyata istrinya adalah seorang mualaf. Beliau meminta da untuk singgah lebih sering untuk mengajar mengaji bersama dhani di mushalla ini.
perjalanan menuju nggela disuguhi pemandangan laut yangg memukau
Firman dan rian datang pagi ini dan ikut bersamaa untuk goro mushalla satu satunya di pora. Kami pun mulai bekerja bersama “mengayak” pasir untuk mencor jalan menuju mushalla. Bulan puasa akan datang tak lama lagi sehingga warga muslim pora bergotong royong membersihkan mushalla. Da merasa bahagia bisa menjadi bagian muslim dan berjuang bersama dalam jalan islam. Berbeda dengan ratenggoji, da menjadi muslim satu satunya sehingga tidak ada tempat bagi da untuk malakukan hal hal seperti ini. Para ibu ibu sudah membawa makanaan siang kami yang artinya kami segera menghentikan pekerjaan dan santap siang. 
bersama dhani penempatan pora

rumah adat tradisional Nggela
Sorenya kami mengunjungi perkampungan rumah adat Nggela yang terletak setelah pora dan berada di tepi laut. Kami hanya pergi berempat sedangkan firman ada urusan ke kota menperpanjang masa aktif kartu im3 nya. Perkampungannya sangat unik dimana rumah rumah beratap daun rumbia bersusun rapi membentuk persegi panjang kurang lebih. Ditengah tengah nya berdiri berbagai jenis makam para leluhur mereka, bahkan ada satu buah makam yang dibuat menyerupai sebuah kapal. Kami menyempatan untuk berfoto dan berkeliling melihat lihat tenun khas warga nggela. Harganya yang rata rata di atas jutaan membuat kami keder menawar lebih lanjut. Harga yang ditawarkan kepada para bule bisa 6 jutaan, karena kami masih warga Indonesia mereka mau kasih separo harga. Tetapi separuh harga nya masih jauh dari jangkauan kami.
salah satu dusun nggela
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju pantai yang konon bagus kata beberapa teman sm3t lainnya. Para warga memperingati kami akan jalan yang ditempuh jauh dan terjal. Kami ngotot melanjutkan perjalanan bersama seorang penduduk yang kebetulan mau pergi ke ladangnya. Jalan yang kami lalui terjal dan menurun sehingga harus ekstra hati hati. Ditengah jalan kami harus berpisah dengan pemandu jalan dan melanjutkan perjalanan kami menggunakan insting bunyi debur ombak. Setelah berjalan kesana kemari melalui sawah dan semak semak kami harus menelan sedikit kekecewaan karena yang kami temui hanya laut dengan pantai berbatu besar besar. Tidak ada yang istimewa, masih kalah jauh dengan pantai koka yang ada di paga. Tetapi yang namanya laut, tetap memberi mistis tersendiri yang membuat kita terhipnotis ketika memandangnya jauh ketengah. Tetap memberikan ketenangan setelah perjalanan panjang yang melelahkan ini.

Pantai Nggela








Read More
    email this