|
Tenun Pora |
Pagi pagi da sudah disuruh siap siap oleh pak Agus untuk
memasang LCD di ruang seba Guna SMP Katolik Moni. Sebelum rapat dimulai da
diminta tolong membunuh ayam 12 ekor menggunakan parang yang tajam dan panjang.
Lagi lagi mereka meminta da untuk menampung darahnya. Saking tajamnya parang
yang da gunakan ada satu ekor ayam yang langsung putus oleh da leher ayam
tersebut. Astagfirullah, tangan da gemetar untuk sesaat karena menjadi orang
yang paling kejam sedunia.
|
bunuh ayam yang ga sengaja sampai putus lehernya |
Da ditunjuk untuk mengoperasikan computer ketika rapat
pendirian SMK N kelimutu bersama Kabid SMK Dinas PPO Kabupaten Ende. Cukup lama
da menunggu di ruangan tersebut karena rapat baru dimulai sekitar jam 9 setelah
para undangan mulai berdatangan. Bapak kabid menyuruh da memutarkan video
rancangan gedung SMK yang akan dibangun nantinya. Video berdurasi 20 menit
tersebut memvisualisasikan berbagai ruangan smk dari berbagai sisi. Jika ini
benar benar terealisasi maka smk ini menjadi sekolah dengan gedung paling megah
di kabupaten ende ini.
Pertama tama bapak kabid diminta memberikan penngarahan
terlebih dahulu karena beliau akan menghadiri acara selanjutnya selepas zuhur
di tempat yang berbeda sehinggga beliau izin terlebih dahulu dan tidak bisa
mengikuti rapat sampai selesai. Pihak sekolah meminta bapak kabid untuk makan
sebelum pergi, ternyata beliau tidak makan daging ayam yang da bunuh tadi. Para
guru jadi sibuk menghidangkan menu makanan lain yang dirasa halal berhubung
beliau muslim. Rapat dilanjutkan kembali ketika pak kabid sudah meninggalkan
moni dan para undangan juga sudah mencicipi ubi rebus yang dimakan bersama
goreng ikan teri balado. Rapat yang berlangsung terasa bertele tele bagi da,
bikin ngantuk dan da pun keluar ruangan berjalan jalan di keliliing sekolah.
Terlalu lama da diluar da pun kembali masuk takut takut pak
agus memarahi da kaarena alasan tertentu. Hari sudah menunjukan pukul 3 sore
dan para undangan sudah mulai gelisah karena lapar. Para ibu ibu mulai mengatur
makanan di meja paling belakang. Da pun mencium babi babi bercampur kecap dan
aroma aroma lainnya yang membuat da tak berselera makan. Rapat kembali
dihentikan untuk makan bersama secara prasmanan. Da pun keluar ruangan karena
ingin muntah mencium aroma yang tidak biasanya ini. Da merasa ragu untuk makan
bersama karena panitia tidak mengarahkan kepada da menu yang halal. Entah
dimana ayam ayam yang da bunuh tadi, apakah mereka campur bersama daging babi
tersebut. Biarlah rasa lapar ini da tahan untuk sesaat daripada harus memakan sajian
yang membuat da ragu.
Rapat berlangsung lagi setelah makan yang membuat da semakin
dongkol. Pembawa acara nya sangat tak kompeten karena ketika menutup acara
beliau masih meminta partanyaan kepada undangan. Maka bertambah banyak pula
orang yang menunjuk tangan dan bertanya. Bapak camat moni yang sudah berdiri
sejak tadi segera memotong pembicaraan dan menegaskan untuk segera pulang. Da
pun bernafas lega karena pak camat moni segera mengambil sikap sehinngga rapat
ini tidak semakin bertele tele membahas hal hal yang da rasa tak penting. Da segera membereskan computer dan kabel di
dalam ruangan dan pulang kerumah pak agus bersama pak ito. Sementara pak agus
masih sibuk berbincang dengan beberapa orang di halaman sekolah.
Sesampainya di rumah pak agus da langsung meminta izin kepada
pak ito untuk mengunjungi teman da di wolojita. Da kembali berjalan kaki menuju
jalan utama dan bergerak ke arah bawah. Da melihat orang muslim jawa yang
berjualan bakso dan memutuskan mengisi perut da yang sudah sangat kelaparan.
Bang dika menunggu da di wolowaru agar bisa berangkat bersama menuju wolojita.
Di KM 17 mobil sedang antrian karena jalan yang sedang diperbaiki sehingga
ketika jalan tersebut dibuka setengah enam, bisa jaadi mobil yang membawa da ke
wolowaru akan lewat di moni sekitar jam setengah 7 malam. Akhirnya bang dika
dengan sedikit terpaksa menjemput da ke moni dan dari moni bergerak bersama
menuju wolojita. Menempuh perjalanan sekitar satu jam kami sampai di tempat
firman dan segera menunaikan sholat maghrib. Dengan tekad yang membaja bang
dika mengajak da untuuk menginap di pora saja walaupun hari sudah malam. Kami
asyik bercerita untuk membunuh kebisuan sepanjang jalan yang melewati hutan
belantara.
Kami menempuh perjalanan sekitar setengan jam untuk sampai di
pora penempatan dhani yang mengajaar bahasa inggris di smp pancasila pora.
Firman tidak bisa ikut malam ini karena dia ingin menyelesaikan beberapa
pekerjaannya dan akan menyusul esok pagi saja. Dhani sedang ada pekerjaan di
rumah orang minang satu satunya di pora asal batusangkar. Tujuan kami
menyegerakan kesini daripada berdiam di tempat firman karena perut yang
kelaparan. Di tempat firman kami disuruh memasak dulu agar bisa menyuap nasi
sedangkan disini kami dihidangkan yang
pastinya tinggal disantap. Terlebih lagi menu malam ini benar benar ala minang
banget yaitu rendang dan ayam balado.
Da pertama kalinya mengunjungi pora dan bertemu orang minang
di pelosok negeri ini. Ternyata beliau mempunyai suku yang sama dengan da
sehingga menyuruh da untuk memanggil ‘mamak’ kepada bapak tersebut. Beliau
banyak bercerita tentang perjalanan hidupnya yang sudah lebih 30 tahun merantau
meningggalkan minangkabau. Belum seberapa dengan kami yang masih 9 bulan sudah
sangat merindukan kampung halaman. Setelah menyelesaikaan pekerjaan nya kami
pulang bertiga dengan motor menuju rumah tempat tinggal dhani sekitar jam 11
malam yang berjarak 3-5 menit. Kami pun segera meringkuk menyatu dengan malam.
|
mesjid pora |
Da terbangun ketika azan subuh berkumandang sangat dekat
menggema di telinga. Tempat tinggal dhani bersebelahan dengan sebuah mushalla
sehingga da memutuskan untuk ikut sholat berjaman di mushalla. Berhubung muslim
pora sangat minim sehingga sholat subuh berjamaah pertama da di negeri ende
hanya dengan dua orang makmum. Setelah sholat subuh da pun sempat berbincang
dengan imam subuh pagi ini.
|
goro mesjid menyambut ramadhan |
Beliau bercerita tentang bagaimana rasanya sedikit
diberi kebebasan untuk menjalankan perintah agama. Sekolah yang ada semuanya
beraliran khatolik sehingga siswa muslim kadang tidak diberi kesempatan untuk
sholat zuhur berjamaah setelah diminta oleh pak ustaz yang ternyata istrinya
adalah seorang mualaf. Beliau meminta da untuk singgah lebih sering untuk
mengajar mengaji bersama dhani di mushalla ini.
|
perjalanan menuju nggela disuguhi pemandangan laut yangg memukau |
Firman dan rian datang pagi ini dan ikut bersamaa untuk goro
mushalla satu satunya di pora. Kami pun mulai bekerja bersama “mengayak” pasir
untuk mencor jalan menuju mushalla. Bulan puasa akan datang tak lama lagi
sehingga warga muslim pora bergotong royong membersihkan mushalla. Da merasa
bahagia bisa menjadi bagian muslim dan berjuang bersama dalam jalan islam.
Berbeda dengan ratenggoji, da menjadi muslim satu satunya sehingga tidak ada
tempat bagi da untuk malakukan hal hal seperti ini. Para ibu ibu sudah membawa
makanaan siang kami yang artinya kami segera menghentikan pekerjaan dan santap
siang.
|
bersama dhani penempatan pora |
|
rumah adat tradisional Nggela |
Sorenya kami mengunjungi perkampungan rumah adat Nggela yang
terletak setelah pora dan berada di tepi laut. Kami hanya pergi berempat
sedangkan firman ada urusan ke kota menperpanjang masa aktif kartu im3 nya.
Perkampungannya sangat unik dimana rumah rumah beratap daun rumbia bersusun
rapi membentuk persegi panjang kurang lebih. Ditengah tengah nya berdiri
berbagai jenis makam para leluhur mereka, bahkan ada satu buah makam yang
dibuat menyerupai sebuah kapal. Kami menyempatan untuk berfoto dan berkeliling
melihat lihat tenun khas warga nggela. Harganya yang rata rata di atas jutaan
membuat kami keder menawar lebih lanjut. Harga yang ditawarkan kepada para bule
bisa 6 jutaan, karena kami masih warga Indonesia mereka mau kasih separo harga.
Tetapi separuh harga nya masih jauh dari jangkauan kami.
|
salah satu dusun nggela |
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju pantai yang konon bagus
kata beberapa teman sm3t lainnya. Para warga memperingati kami akan jalan yang
ditempuh jauh dan terjal. Kami ngotot melanjutkan perjalanan bersama seorang
penduduk yang kebetulan mau pergi ke ladangnya. Jalan yang kami lalui terjal
dan menurun sehingga harus ekstra hati hati. Ditengah jalan kami harus berpisah
dengan pemandu jalan dan melanjutkan perjalanan kami menggunakan insting bunyi
debur ombak. Setelah berjalan kesana kemari melalui sawah dan semak semak kami
harus menelan sedikit kekecewaan karena yang kami temui hanya laut dengan
pantai berbatu besar besar. Tidak ada yang istimewa, masih kalah jauh dengan
pantai koka yang ada di paga. Tetapi yang namanya laut, tetap memberi mistis
tersendiri yang membuat kita terhipnotis ketika memandangnya jauh ketengah.
Tetap memberikan ketenangan setelah perjalanan panjang yang melelahkan ini.
|
Pantai Nggela |